Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Budaya · 20 Jun 2025 17:59 WIB ·

DKT PEKAN NAN TUMPAH SERI KELIMA DIGELAR!


 Foto: Rori Aroka Roesdji Perbesar

Foto: Rori Aroka Roesdji

Foto: Rori Aroka Roesdji

Foto: Rori Aroka Roesdji

Diskusi Kelompok Terpumpun (selanjutnya ditulis DKT) Pekan Nan Tumpah seri kelima digelar pada 20 Juni 2025, di Ruangtemu Nan Tumpah dimulai dari pukul 15.00 wib hingga 22.00 wib. Salah satu kegiatan menjelang Pekan Nan Tumpah ini mengangkat tema “Siaran Ulang Realitas dalam Bentuk Lain”

DKT pada hari ini mengundang seniman Yudi Ahmad Tajudin, pendiri Teater Garasi,  dan bertindak sebagai moderator, Albert Rahman Putra. Kaget. Sineas film sekaligus seniman multi disiplin, Rori Aroka Roesdji, pegiat musik indie, Rangik Mangganas (Mas Harry), dan kakak pendongeng yang dikenal sering perform bersama Gogo, Robby W Riyodi, terkumpul dalam seri diskusi ini. Sesi awal sebelum diskusi dibuka oleh Kak Ara si topi hijau.

            Para peserta diskusi mengisi pendaftaran ulang di lokasi pelaksanaan, dan panitia menyerahkan alat tulis serta kudapan berupa teks dalam amplop yang ternyata berisi salah satu cerpen karya maestro cerpen Indonesia, AA Navis. Berdasarkan informasi dari panitia, cerpen “Robohnya Surau Kami” jadi pemantik yang akan dibicarakan  Yudi Ahmad Tajudin nantinya.

Foto: Rori Aroka Roesdji

Foto: Rori Aroka Roesdji

            Tepat pada pukul 16.10 wib, DKT 5 dibuka oleh pembawa acara. Puluhan instansi dan perorangan yang hadir memasuki ruangan Ruang Tamu Nan Tumpah. Kegiatan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, hadirin dipersilakan berdiri…

            Mahatma Muhammad selaku ketua Komunitas Seni Nan Tumpah memberikan kata pengantarnya, menguatkan dirinya sendiri dalam mengingat masa-masa sejak 2016, tempat di mana kegiatan DKT ini berlangsung. Mahatma juga menyebut kalau pelaksanaan Pekan Nan Tumpah yang sudah tahun ketujuh penyelenggaraan ini, berharap bisa merekam berbagai peristiwa yang diharapkan terus berlanjut di kantong-kantong kesenian masing-masing.

            Sejak DKT seri-1, dialog terputus-putus ini diharapkan membuat seluruh hadirin dapat beririsan dengan alih media. Latar peserta DKT yang beragam ini diharapkan menciptakan dialog efektif hingga selesai pelaksanaan acara nanti.

Kata Kak Ara, DKT sesi kelima ini akan terdiri dari beberapa sesi, dan masing-masing kelompok nantinya akan mempresentasikan hasil diskusi mereka di akhir kegiatan. Sesi awal dari Kak Ara ditutup dengan memperkenalkan profil pemateri dan  narasumber.

Foto: Rori Aroka Roesdji

Foto: Rori Aroka Roesdji

Merespon Alih Wahana

            Fokus grup DKT ini nantinya forum saling berbagi, karena Yudi Ahmad Tajudin sendori datang dari pulau yang jauh dimata, dan berangkat dari seniman pertunjukan tempat di mana ia kemudian dikenal.

            Di dalam lingkungan seni pertunjukan, masifnya alih wahana ini ya terjadi saat pandemi karena yang paling dihantam saat pandemi adalah seni pertunjukan, teater atau tari. Sehingga banyak pencarian baru supaya seni pertunjukan tetap berlangsung secara nirkontak ini. Film teater, teater dalam film, dan  lain-lain.

            Pasalnya, ada beberapa seniman waktu itu yang menolak bikin karya karena berada di depan kamera. Akan tetapi, banyak diskusi dan banyak platform lahir saat pandemi ini. Teater Garasi membuat proyek kolaborasi lintas Asia, yang direncanakan pada tahun 2020, dengan setiap orang bikin sesuatu dan direkam di daerah masing-masing, atau di live-stream-kan. Sekian panggung kecil diupayakan agar tidak merayakan “kekalahan”

            Kehadiran media-media lain itu, bikin ada isu tentang jaringan, space, internet tidak berlangsung di satu tempat, dan bikin Yudi Ahmad Tajudin menjadi migrain. Lapis-lapis ruang si seseorang dan ruang yang dibayangkan Yudi Ahmad Tajudin, tidak mengajak kita semua pada sesuatu yang “canggih”

            Kerangka sebenarnya yang akan kita diskusikan adalah sesuatu yang baru, dengan cara yang lain, dengan nama yang lain, namun secara substansial ia berbeda.

Foto: Rori Aroka Roesdji

Foto: Rori Aroka Roesdji

Apa Itu Media

            Ada di KBBI, kata Yudi Ahmad Tajudin. Orang, golongan, dan terletak di antara. Kita sering mengganti kata “media’ dengan “wahana”, dan semua itu berkaitan dengan teknologi, untuk meraih tujuan-tujuan praktis terutama dengan cara yang bisa di re-produksi. Mesin kecil sederhana dan sesuatu yang tak kasat mata juga adalah teknologi.

            Menurut Marshall Mc Luhen, media adalah perpanjangan manusia, kata Yudi Ahmad Tajudin guna memahami isi dunia di sekitar kita. Media adalah pesannya itu sendiri. Bola lampu bisa mengubah suasana. Handphone bisa mengubah kita. Tidakkah di dalam kita berhubungan, juga mengalami perubahan? Kehadiran media membuat semua menjadi serba mungkin.

Siaran Ulang Realitas dalam Bantuk Lain

            Salut ke Mahatma, kata Yudi Ahmad Tajudin. Apakah seni tidak menyiarkan ulang realitas? Sastra? Kenyataan? Atau yang ada di cerpen Robohnya Surau Kami. Apakah diksi yang digunakan AA Navis ini adalah kenyataan itu sendiri. Apakah seni sama dengan realitas?

            Seni bukan realitas itu sendiri, Plato menyebut, seni adalah tiruan. Seni adalah representasi dari representasi. Balik, bukankah semua ini adalah siaran ulang? Apakah ada kenyataan diluar tafsir atas kenyataan? Bahasa adalah juga teknologi!

            APAKAH ADA KENYATAAN DI DALAM DIRI SENDIRI? TIDAK ADA. SEBAB. KENYATAAN MENCIPTAKAN TAFSIR. SEBAB, IA TIDAK BISA DIRUMUSKAN KECUALI LEWAT BAHASA, DAN ALIH WAHANA.

            Pusing juga saya, mohon maaf.

Tidakkah teater sudah multi media. Mediumnya aktor, mediumnya musik, bla bla. Teater sudah multi media sejak awal dibanding seni lain, ragam media yang digunakan. Apa yang dibuka kemungkinannya baik kemungkinan politis atau kemungkinan berpikir lain bikin kita lebih inspiratif.

Laptop saya mati sendiri saat menyimak materi Yudi Ahmad Tajudin dan bikin saya malas melanjutkan semua ini. Yudi Ahmad Tajudin menutup sesinya dengan menampilkan beberapa ilustrasi.

Sesi ini ditutup dengan menonton beberapa video yang disuguhkan Yudi Ahmad Tajudin dan sesi selanjutnya dilanjutkan setelah break. Ketika tulisan ini selesai ditulis, kami semua masih menyimak Yudi Ahmad Tajudin menjelaskan kenapa ia menyuguhkan ilustrasi tersebut.(*)

Maulidan Rahman Siregar, petani jagung gagal penen.

Artikel ini telah dibaca 35 kali

Baca Lainnya

Q&A: SitebaBerpuisi

23 October 2025 - 03:01 WIB

(Istimewa) Arsip SitebaBerpuisi

MGMP PAI SMK Padang Pariaman Gelar Pertemuan Perdana setelah Tengah Semester

8 October 2025 - 17:56 WIB

Dokumentasi: Agusrizal S.Ag, MA

Memantek Minangkabau (*)

5 October 2025 - 17:56 WIB

Basuki Abdullah, Coastel Scene in Sumatra via WikiArt.org

Datang dan Pulang Sendirian

31 August 2025 - 03:55 WIB

(Sedih…) Hari Terakhir Pekan Nan Tumpah 2025

30 August 2025 - 15:33 WIB

Rangkaian Acara di Pekan Nan Tumpah Hari Ketiga

26 August 2025 - 18:24 WIB

Trending di Budaya