Setelah merilis single Aquarius dan album digital Reminisce 189, Santamonica kembali hadir dengan SIN. Single ini dirilis pada 12 Juni 2025 melalui kanal Youtube Santamonica, tepat di tengah kabar yang menyedihkan saat seorang pejabat publik menyatakan tak ada bukti konkret mengenai pemerkosaan dalam tragedi 1998. Rupanya, amnesia sejarah masih akan terus dipelihara sehingga SIN terasa seperti nyanyian luka yang lirih.
Duo yang terbentuk awal 2000-an ini masih menjadi ikon penting dalam skena elektronik & indie-pop Indonesia. Dari segi musik dan instrumen, SIN menghadirkan suasana gelap berupa suara synthesizer yang berpadu dengan drum elektronik. Hasil perpaduan ini menciptakan kesan penuh misteri dan dramatis seperti melihat instalasi seni dalam sebuah galeri. Pola ritme yang berulang mempertajam ketegangan seolah pendengar sedang berjalan di tepi jurang. Santamonica yang selalu bermain-main dengan tekstur musik berlapis juga ditemui dalam lagu ini. SIN terasa membuai telinga melalui gelombang suara sehingga menghasilkan efek memikat dan menghanyutkan.

Sumber Foto: Instagram Santamonica
Ketika kita membedah liriknya, secara umum SIN bermain-bermain dengan majas personifikasi. Dalam lagu ini, kota digambarkan sebagai tubuh yang menderita dan menjadi medan dosa, hasrat, dan keruntuhan moral. Frasa seperti “as she came, she would bleed” dan “as she’s born then the city is burned” memperlihatkan bahwa kehidupan adalah bentuk dari tragedi itu sendiri. Sementara, frasa Sinners would breathe as one memberikan isyarat bawah dosa bukan sekedar ranah personal tapi juga bisa bersifat kolektif dan sistemik.
Akhir lagu, ditutup dengan lirik “Love, sin, and feast on lust / What’s real has turned to dust”. Frasa ini merupakan bentuk kritik terhadap kondisi sosial di tengah masyarakat, bagaimana cinta telah terkikis dan digantikan oleh nafsu dan dosa. Sehingga, semua yang dulu dianggap nyata dan bermakna kini hilang seperti debu yang berterbangan.

Sumber Foto: Instagram Santamonica
Santamonica juga dikenal dengan pertunjukan seni dalam setiap video musiknya. SIN menghadirkan proyeksi visual yang memanjakan mata dengan permainan bayangan, siluet, serta warna. Gerakan proyektornya pun dibuat selaras dengan nada sehingga terasa seperti menonton pertunjukan teatrikal.
Mungkin ini yang dinamakan maktub, yang telah tertulis. Santamonica barangkali tak pernah benar-benar merancang SIN sebagai sebuah elegi untuk trauma kolektif bangsa. Namun, lagu ini menemukan momennya sendiri. SIN menjelma menjadi suara lirih yang mewakili yang telah dibungkam dan dilupakan.(*)
S.Z Nufus dikenal sebagai Syadza Zahratun Nufus. Lahir di Samarinda dan mulai menulis sejak SD. Nufus merupakan salah satu penyair yang tergabung dalam Buku Antologi Lapis Mutakhir Penyair Kalimantan Timur yang terbit pada 2023.












