
Penyanyi pop perempuan muda Indonesia, Dere, baru saja merilis album baru bertajuk Berbunga pada 25 April 2025. Dalam album tersebut, terdapat sepuluh lagu baru yang mengusung nuansa bunga dengan merah di tiap lagunya. Dua lagu telah dipublikasikan beberapa waktu sebelum album ini dirilis yakni Biru dan Mawar. Sudah barang tentu keduanya diterima dengan baik oleh pendengar luas.
Penyanyi yang tak lain jebolan The Voice Kids Indonesia di tahun 2016 ini bernama lengkap Theresia Margaretha Gultom. Penyanyi yang identik dengan gitar akustiknya ini memiliki suara unik dengan lengkingan indah dan jarang dimiliki penyanyi lain di Indonesia. Sejak muncul perdana di ajang pencarian bakat tersebut, dirinya langsung menarik perhatian Tulus yang didapuk sebagai juri sekaligus mentor.
Pasca berakhirnya ajang tersebut, Dere tidak lantas mendapat panggung. Akan tetapi, beberapa tahun setelahnya, di bawah naungan dan mentoring dari penyanyi Tulus, yang pada akhirnya mengantarkan Dere ke panggung yang lebih luas dan menjadikan lagu-lagu yang dibawakan menjadi hidup. Setelah bergabung bersama manajemen TigaDuaSatu, Dere menjelma penyanyi muda dengan karya-karya yang layak diperhitungkan di kancah tertinggi musik Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masuknya nama Dere dalam nominasi Anugerah Musik Indonesia 2021 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik-Terbaik untuk lagu Kota yang dirilis tahun 2020 serta Karya Produksi Folk/Country/Balada Terbaik untuk lagu Berisik di tahun berikutnya dan penghargaan lainnya.
Selain itu, transformasi juga tampak jelas di album baru Dere. Di album sebelumnya, Dere mengusung warna kuning sebagai nuansa lagu-lagunya. Album bertajuk Rubik tersebut juga sudah memikat pendengar. Lagu yang cukup populer dan dikenal masyarakat luas berjudul Kota, yang merepresentasikan kegelisahan remaja polos yang resah akan kondisi di era kiwari. Representasi kegelisahan pada kehidupan oleh anak remaja yang lugu dan polos ini terekam juga di lagu-lagu yang lain di album yang rilis tahun 2022 tersebut.

Dere (Istimewa)
Mulai dari Tanya, Kota, Berisik, hingga Tumbang serta lagu lainnya, hampir secara keseluruhan dipenuhi dengan kegelisahan remaja yang tidak nyaman dengan kondisi sekitar. Kegelisahan-kegelisahan ini adalah respons dari ketidaknyamanan atas kehidupan, baik nyata maupun dunia maya. Hal ini seolah menujukkan bahwa remaja yang tumbuh selalu gelisah dengan keadaan. Ini menjadi menarik karena dilihat dinyanyikan langsung oleh penyanyi yang tepat di usianya. Dere merekam kegelisahan itu dari perspektif remaja polos dan lugu.
Jika pada lagu-lagu di album sebelumnya mengusung kegelisahan akan kehidupannya sebagai remaja yang masih lugu dan polos, kini di album barunya, Berbunga, Dere telah menjelma menjadi perempuan remaja menuju dewasa yang jatuh cinta. Keresahannya bukan semata pada kehidupan liyan, tapi telah menyentuh hal terkecil dari remaja-dewasa, bahkan juga manusia secara umumnya, yakni cinta. Di lagu-lagu terbarunya, kita akan merasakan bagaimana seorang remaja jatuh cinta tapi masih dalam balutan lugu dan polos dalam mengerti tentang cinta. Ini menjadi menarik karena pergeseran antara satu album ke albun yang lain masih bertalian dan berkelindan. Semula keresahan pada hidup, lantas resah pada rasa cinta.
Tema jatuh cinta yang diusung juga bukan cinta yang membahagiakan dan menyenangkan atau pun berlarat-larat dengan kesedihan. Jatuh cinta yang ditawarkan Dere tak lain jatuh cinta yang menggelisahkan, penuh intrik, dan siasat. Dere menawarkan hal baru yakni cinta yang berupa pada penerimaan, ketidaksampaian, serta rasa cinta yang unik dan canggung. Bernaung di album dengan istilah Berbunga, cinta yang ditawarkan berupa mekarnya hati seorang remaja polos dan lugu yang baru mengenal apa itu jatuh cinta. Ini yang membedakan dari lagu-lagu cinta lainnya.
Selain itu, nuansa lagu-lagu di album Berbunga juga menjadi lebih beragam. Di album sebelumnya, Dere selalu lekat dengan musik gitar akustik. Tetapi kini jauh berbeda. Di album Berbunga, musik yang mengiringi jauh lebih hidup dan bervariasi. Ada versi akustik, folk, hingga nge-bit dan variasi tone lainnya yang beragam. Bahkan di salah satu lagunya, Dere juga mengisi lagunya dengan nuansa nge-rap meskipun tidak dominan. Ini menjadikan Dere berubah dari remaja polos dan lugu menjadi seorang yang dewasa.

Dere (Istimewa)
Meneruskan album lama dan kini dikemas baru dan segar, ada fakta yang menarik dari judul-judul lagu yang digunakan yakni hanya terdiri dari satu kata, dan hanya satu judul saja yang menggunakan dua kata di tiap albumnya. Hal ini menjadi menarik karena konsistensi judul dari awal karier hingga kini tetap tidak beranjak dari judul-judul yang pendek. Di album perdana, satu judul saja yang lebih dari satu kata yakni Jangan Pergi dan di album barunya berjudul Lampu Sorot. Selain itu, keunikan lainnya adalah semua judul dan lagu-lagu Dere menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Hal ini menunjukkan bahwa Dere begitu ketat menyeleksi pilihan kata dari lagu-lagu yang ditulis. Lagu-lagu yang dinyanyikan Dere tak lain ditulis berkat hasil kolaborasi antara dirinya, Tulus, hingga Mikha Angelo. Sudah barang tentu, kualitas lagu-lagu yang ia bawakan tak perlu diragukan. Lebih dari itu, garapan musiknya di bawah naungan tim TigaDuaSatu juga menjadikan keseluruhan lagu Dere menjadi lebih lengkap. Lagu-lagu dalam album Berbunga menjelma tafsir yang dapat dirujuk dan dikembangkan dalam berbagai bentuk. Penulis juga menafsirnya menjadi tulisan lain yang dapat diunduh dan dibaca secara gratis di tautan bit.ly/setelahberbunga
EKO SETYAWAN, lahir di Karanganyar, 22 September 1996. Alumni Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Buku yang telah terbit Merindukan Kepulangan (2017), Harusnya, Tak Ada yang Boleh Bersedih di Antara Kita (2020), Mengunjungi Janabijana (2020), Peristiwa yang Kami Sepakati (2022), Manten (2022), Sayap untuk Andini (2023), & Suatu Ketika Kita Akan Dewasa (2024). Buku Mengunjungi Janabijana meraih Penghargaan Prasidatama 2021 Balai Bahasa Jawa Tengah kategori Buku Puisi Terbaik. Memperoleh penghargaan Insan Sastra UNS Surakarta 2018, serta memenangkan beberapa lomba penulisan puisi dan cerpen. Ia juga banyak menulis artikel populer dan artikel ilmiah.












