Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Budaya · 31 Aug 2025 03:55 WIB ·

Datang dan Pulang Sendirian


 Datang dan Pulang Sendirian Perbesar

Datang dan Pulang Sendirian
(Catatan Menikmati Pekan Nan Tumpah 2025)

Saya datang sebagai saya, saya yang tidak tahu apa-apa soal seni, saya yang harus terus belajar soal seni, saya yang lamban, yang pemalas, yang tanpa ingin banyak hal. Selama seminggu pelaksanaan festival, saya datang tanpa membawa misi apa-apa. Saya hanya ingin datang.

Ragam pertunjukan, ragam acara, ragam pelatihan, ragam diskusi, beberapa saya ikuti dengan baik, beberapa saya ikuti dengan buruk, dan beberapa tidak saya ikuti sama sekali.

Terserah saya, dan memang itu yang bisa saya lakukan. Bagaimana pun, saya harus memilih harus duduk dan berdiri di mana. Tidak bisa tidak, saya tak bisa membelah diri. Ketidakbisaan ini kemudian saya sesali, sebab, saya yang tak bisa banyak hal ini, kepala saya jadi penuh. Saya ingin jadi a dan b sekaligus, tolol sekali.

Maksud hati ingin bersenang-senang menikmati festival, malah dibebani dengan keinginan-keinginan aneh. Orang yang tak bisa apa-apa seperti saya memang banyak maunya. Melihat orang di-tatoo, mau pula di-tatoo, tapi syukurnya saya sadar, itu tidak mungkin. Mendengar musik bagus, mau pula main band, padahal, hehe.

Tak hanya saya rasanya, banyak juga mereka yang rela antri berpanjang-panjang hanya demi masuk galeri. Masuk galeri? Ya, salah satu yang bikin Pekan Nan Tumpah 2025 ini saya anggap berhasil, karena setiap hari (apalagi hari terakhir) ramai pengunjung. Meski tidak dalam galeri, lapak baca yang saya gelar pun ramai kunjungan di hari terakhir. Meski, apa yang mereka lakukan seperti mereka di dalam galeri, buku yang saya gelar, dijepret, dan tidak mendapatkan pembacaan.

Memang, bukan kewajiban Komunitas Seni Nan Tumpah pula untuk mengatur bagaimana orang menikmati festival. Di dalam catatan mereka pun disebutkan, festival ini hadir dari sesuatu yang lebih sederhana; keinginan untuk bertemu.

Yap, sekadar bertemu.

Sesi bertemu ini rasanya yang mahal sekarang. Orang sudah pada sibuk zoom! Eh, bukan. Pertemuan di festival sebenarnya bisa memantik wacana. Wacana melahirkan diskusi. Diskusi menciptakan panggung. Panggung melahirkan pertemuan. Pertemuan menghadirkan kehangatan. Kehangatan membentuk kedekatan. Kedekatan bisa bikin menikah.

Saya ingat Naftali, novel Ita Siregar yang menceritakan tentang pertemuan seseorang dengan orang lain di festival. Meski belum kelar baca novelnya, kira-kira demikianlah kegunaan festival di masyarakat.

Meski tidak semua pertunjukan yang saya lihat, saya menikmati obrolan yang terjadi saat festival berlangsung. Saya mendengar ocehan, decak kagum, ketawa lepas dari ibu-ibu orangtua adik-adik Kelana Akhir Pekan. Kebahagiaan mereka bahkan terus berlangsung sampai di depan angkot (saat mereka akan pulang). Yakin saya, di dalam angkot, mereka pasti sedang merayakan pertunjukan mereka.

Kepada sopir angkot yang mengantar mereka datang dan pulang, saya ucapkan terimakasih.

Catatan untuk Padang, Pekan Nan Tumpah ini ramai sekali Bapak Walikota. Ribuan orang berkumpul di satu tempat bisa jadi konten instagram Bapak Wali. Perlu pula rasanya kita bikin Pekan Nan Tumpah ini agak dua kali seminggu, karena dari antrian pengunjung sebelum masuk galeri, saya peroleh semacam kesimpulan bahwa muda-mudi ibukota Sumatera Barat ini haus sekali akan hiburan. Tak hanya di galeri, ragam pertunjukan lain pun ramai yang menyaksikan.

Saya belum melihat kontribusi Bapak Walikota terkait festival sebesar ini? Bapak Gubernur? Bapak Wakil gubernur? Ke mana kalian saat saya menikmati festival ini? Padahal, banyak sekali masyarakat dari ragam etnik berkunjung ke sini, bapak-bapak sekalian.

Kritik? Sedikit ya. Mulai acaranya jangan jam 10 pagi. Masyarakat (apalagi saya) biasanya belum bangun. Tapi saya siapa? Balik ke awal, saya hanya penikmat seni, tidak tahu apa-apa soal seni. Eh, kalau kamu paham semua ini, mungkin kamu salah paham.

Udah ya. Sampai jumpa (*)

 

Artikel ini telah dibaca 54 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Q&A: SitebaBerpuisi

23 October 2025 - 03:01 WIB

(Istimewa) Arsip SitebaBerpuisi

MGMP PAI SMK Padang Pariaman Gelar Pertemuan Perdana setelah Tengah Semester

8 October 2025 - 17:56 WIB

Dokumentasi: Agusrizal S.Ag, MA

Memantek Minangkabau (*)

5 October 2025 - 17:56 WIB

Basuki Abdullah, Coastel Scene in Sumatra via WikiArt.org

(Sedih…) Hari Terakhir Pekan Nan Tumpah 2025

30 August 2025 - 15:33 WIB

Rangkaian Acara di Pekan Nan Tumpah Hari Ketiga

26 August 2025 - 18:24 WIB

Indomiii Rasa Rendang/Sambil Menyelam Minum Plastik – Komunitas Seni Nan Tumpah

25 August 2025 - 08:01 WIB

Trending di Budaya