
Luke Cueh, Inspiration (Bright Ideas from the Hole in My Soul) – Luke Chueh
Inspiration (Bright Ideas from the Hole in My Soul) via WikiArt.org
Atas Nama Kehidupan
i. ad libitum
sekali lagi kutapaki nestapa,
membuat sang jiwa bimbang
bukan tak tahu apa yang dimau
namun serakah akan meminta
kutanya pada sang adikuasa raga,
akan jadi manusia seperti apa kau kelaknya?
dijawabnya dengan sunyi dan ambisi
yang haus akan kepemilikan untuk segala asanya
akan menjejak kemana sang raga nantinya?
sedang pikirnya runyam
kakinya tertatih
sampannya tak pernah selesai ia rakit,
terpaku dengan sakit
runtuh harapnya,
melebur dengan isi kepala yang berbelit.
ii. bagaimana jika aku tidak jadi apa-apa?
aku termenung, lagi
polanya sama
aku menjadi pengembara,
mengembarakan inginku untuk menjadi manusia
aku meluruh, lagi
sebabnya sama
aku sibuk menerka,
bagaimana jika mimpiku yang sederhana tidak bisa kugenggam sampai ujung usia?
takutku membahana,
bagaimana kalau aku tidak jadi apa-apa?
dan dalam sunyi aku bertanya,
bertahankah kita, manusia?
iii. ia adalah seorang pejalan
ia adalah seorang pejalan
menapaki perkilometer lara dan bahagia yang tak pernah diketahui ujungnya
melangkah tanpa alas,
dengan situasi ringkih dan terhimpit
ia adalah seorang pejalan
yang di tengah langkah kadang tiba-tiba terdiam,
menoleh kepada harap yang tertinggal,
melambai pada cita yang terpenggal
ia masih menjadi seorang pejalan
bahkan ketika usianya tak lagi muda,
keriputnya tak lagi samar,
langkahnya tak lagi kuat
ia akan terus menjadi seorang pejalan
karena apa gunanya manusia,
jika ia tak kunjung mau melangkah
kepada waktu yang tak kunjung usai.
iv. dalam ambang senja
debur
debar
menghantam cakrawala rasa,
memeluk luka
kala petang datang,
debur ombak menggema kencang,
berdebar dada
kala kematian tak juga ada.
v. rumpang
lukisan jingga di atas kanvas lusuh
tak cukup mampu menggurat senja nirmala
hanya mata telanjang yang mampu merekam
namun tak cukup untuk mengulang
lukisan hitam di atas kanvas kusam
tak cukup mampu menggambarkan runyam kehidupan
didamba nestapa,
dibelenggu asmara
hidupnya karena terlanjur
bukan karena sudah teratur.
vi. binatang jalang
aku adalah binatang jalang
yang bercinta dengan waktu
yang tak kunjung datang,
yang bercinta selagi menunggu cahaya
yang tak juga terang
dalam sorak atau sunyi
aku menatap diri yang tak bernilai lagi
lusuh, rendah
tak dilihat, tak ada yang peduli
namun diri ini dihakimi
aku adalah binatang jalang
yang diperbudak masa depan
dan keinginan orang
vii. terperangkap
burung burung di bawah malam berkeriau bahagia
berlagu merdu kala singgah di batang pohon
mereka tak merasa lara yang berselirak di balik kabut
celedang celedok membelai malam suntuk
manusia milik Tuhan di bawah sunyi berkeriak sepi
berlagu butut kala duduk di beranda
mereka sibuk menduga problema yang tiada habisnya
untuk kemudian membuai malam yang kerap pati
Dhiyaa. N, seorang penulis muda yang saat ini mengenyam pendidikan di bangku SMA. Sejak kecil, selalu menuangkan segala isi pikirannya lewat untaian kata yang disusun menjadi kalimat-kalimat puitis. Kecintaannya pada sastra membuatnya aktif berkarya dalam bidang kepenulisan khususnya puisi dan cerpen.







