Waktu Melamun Kian Memanjang
Senja yang sibuk adalah tetanggamu
ketika kau duduk di muka rumah
pada kursi biru tua yang tak kau tahu usianya,
sembari menyaksikan orang-orang
bersicepat pulang bekerja, sementara
kau sedari pagi tak ke mana-mana;
seolah rasanya untuk sesaat
kau adalah orang paling tak berguna, sedunia.
Atau
pada lain hari …
Senja yang basah adalah objek pengamatanmu
selain gigil daun-daun pohon mangga
yang tak ingin kau sibak,
tapi justru tempat biliar
yang tutup berbulan-bulan itu,
lantaran diam tegaknya
menutupi sungai, cahaya,
dan segala hijau yang kau suka;
seolah rasanya kau hanya bisa
membayangkan keindahan di baliknya
dari riuh-redam kepala.
Apakah selamanya begitu?
Jawabmu ‘tak tahu’,
karena beberapa hari lalu
kau tanda tangani surat pernyataan
bermeterai elektronik sepuluh ribu,
suatu peluang yang kau harap
membawamu keluar dari kota,
tetapi saat kau mengupas kejujuran diri,
sebenarnya kau agak takut
kelak menjadi kacang yang lupa
pada cangkang kulitmu sendiri.
Lalu, entah siapa di dalam kepala,
sibuk mengingatkanmu bahwa
masa dewasa yang bising adalah
teman yang tak kau ajak duduk dan bicara,
tapi amat cerewet,
suka mencerocos dan berkata rucah,
berujung merunyamkan segala lamun dan renung
yang kadang-kadang membuatmu tantrum
sehingga rasa-rasanya ingin kau tiup enyah
seringan daun belimbing wuluh di samping muka rumah
yang kerap kau pandang dalam penantian yang entah.
20 Januari:
tenggat waktu,
hitung mundur yang keempat kali,
lamunanmu terus berlanjut,
dan kau tak mengetahui
apakah jumlah formasi akan hilang lagi.
K, Januari 2025
Petuah Ray Bradbury
Bila tak kuraih kibor atau pena
‘Tuk menuang isi kepala, torehan kata-kataku sendiri
Ray bilang: racun akan berkerumun
Lantas sangat mungkin
Aku akan sekarat atau berbuat sinting
Atau bahkan keduanya
Dan aku percaya, itu bisa saja terjadi
Lalu, kuingat kata Ray:
Tentang hal-hal paling penting
Dalam peralatan penulis atau penyair
Yaitu gairah dan semangat miliknya sendiri
Sebab tanpa nyala gairah, tanpa hasrat dan semangat, atau barangkali tanpa bara cinta
Aku hanya akan menjadi setengah penulis
Dan aku selamanya, tak ingin itu terjadi
Maka, aku terus sibuk menggelayuti ingatan
Karena kau sepercik nyala kecil, terbaik yang pernah kutemukan
Pada malam yang gigil atau mimpi yang terancam kerdil
Pada cinta dan kegetiran
Di perjalanan
Hidup yang semoga panjang
K, Oktober-November 2024
Catatan: Puisi ini terinspirasi dari buku Zen dalam Seni Menulis karya Ray Bradbury yang diterjemahkan oleh An.Ismanto.
Hidayatul Ulum, merupakan alumni Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. Perempuan yang akrab disapa Hida ini dapat dihubungi melalui akun instagram @hida_adenanthera.







