Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Esai · 20 May 2025 23:17 WIB ·

Belajar Fisika dalam Perspektif Islami


 Gene Davis, Islam, via Wikiart.org Perbesar

Gene Davis, Islam, via Wikiart.org

Gene Davis, Islam, via Wikiart.org

Gene Davis, Islam, via Wikiart.org

Dari sejak MTS saya sangat menyukai ilmu yang berbau “fisika”. Entah itu karena gurunya yang bisa mengemas fisika menjadi pelajaran yang sangat menarik dimata saya atau memang saya yang terlalu candu memasukkan angka kedalam rumus-rumus fisika yang cukup pelik. Saat saya masi duduk dibangku sekolah saya sangat penasaran bagaimana ya mempelajari ilmu fisika secara Islami? Saya sudah berusaha mencari jawaban kesana kemari, bertanya dengan berbagai guru fisika yang saya temui tetapi saya belum bisa menemukan jawaban yang pas. Ternyata saya sadar bahwa untuk belajar fisika secara islami itu harus dimulai dari mengislamkan fikiran kita sendiri. Cara pandangnya terhadap alam harus “diislamkan”. kita tidak boleh memandang alam semesta ini sebagai objek yang netral dan bebas dari unsur-unsur ketuhanan. Sebab, alam semesta ini adalah makhluk Allah, sehingga tidak dapat diperlakukan semena-mena. Oiya, berbicara mengenai ilmu mungkin sebagian orang menduga bahwa ilmu fisika bersifat netral agama. Siapa saja belajar fisika, beragama apa pun dia, hasilnya tetap sama. Listrik akan tetap menyala, ketika saklar dipencet. Siapa pun yang memencet, apakah dia muslim atau kafir, hasilnya tetap sama saja. Jadi, wajar jika ada yang bertanya apakah ada cara belajar ilmu fisika secara islami?

Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan pendidikan nasional menurut UUD 1945 adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Ini tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Begitu pula dalam Islam, tujuan utama dari setiap pendidikan dan ilmu adalah tercapainya ma’rifatullah (mengenal Allah, Sang Pencipta), serta lahirnya manusia beradab, yakni manusia yang mampu mengenal segala sesuatu sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan Allah. Tujuan belajar untuk sampai pada ‘ma’rifatullah’ memang sangat ditekankan, sebab Allah memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang tidak mampu menggunakan potensi inderawi dan akalnya untuk mengenal Sang Pencipta. Mereka disebut sebagai calon penghuni neraka jahannam dan disejajarkan kedudukannya dengan binatang ternak, bahkan lebih hina lagi (Q.S Al-A’raf;179).

Cobalah perhatikan sifat-sifat binatang ternak. Manusia yang pandai, tetapi tidak dapat mengenal Tuhannya, akhirnya disamakan sifat-sifatnya dengan binatang! Mengapa? Sebab, pada hakekatnya, jika manusia tidak mengenal Tuhan, maka perilakunya akan sama dengan binatang. Mereka hanya akan menuruti syahwat demi syahwat dalam kehidupannya. Lihatlah, binatang ternak, ia bekerja secara profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dengan itu, ia mendapat imbalan untuk menuruti syahwat-syahwatnya. Makan kenyang, bersenang-senang, istirahat, lalu mati. “Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang dan makan-makan (di dunia) seperti layaknya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Q.S Muhammad:12).

Jadi alam semesta ini tidak dipelajari semata-mata karena alam itu sendiri, namun alam diteliti karena ia menunjukkan pada sesuatu yang dituju yaitu mengenal pencipta alam tersebut. Sebab alam adalah “ayat” (tanda). Salah satu fisikawan yang mempelajari alam lalu berhenti pada fakta-fakta dan data-data ilmiah, tak ubahnya seperti pengendara yang memperhatikan petunjuk jalan, lalu ia hanya memperhatikan detail-detail tulisan dan warna rambu-rambu itu. Pengendara itu lupa bahwa rambu-rambu itu sedang menunjukkannya pada sesuatu. Ternyata ada hal lain yang tak kalah pentingnya dari sekedar mengetahui bahwa semua yang ada di alam tidak lepas dari adanya sebab-akibat, tetapi kita sering melupakan hal yang tak jauh lebih penting, yaitu “adab terhadap alam”.

Berbicara mengenai adab mungkin kita akan berfikir bahwa adab itu berlaku untuk Allah atau hanya sesame umat manusia. Tetapi apakah kamu pernah berfikir bagaimana adabmu dengan alam? Adab terhadap alam lahir dari pandangan-alam Islam (Islamic worldview). Sebagai seorang muslim kita akan memperlakukan dan memanfaatkan alam dengan adab yang benar. Lalu lahirlah konsep sikap ramah lingkungan yang Islami, yang didasarkan bukan semata-mata karena alasan keterbatasan sumber daya alam, namun kesadaran bahwa alam ini bukanlah milik manusia, namun ia adalah amanah dan sekaligus juga ayat-ayat Allah. Hanya dengan pandangan-alam seperti inilah, akan lahir manusia beradab dan berakhlak, seperti yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan kita saat ini. Mirisnya pada zaman modern sekarang semakin hilangnya adab terhadap alam, hal inilah yang telah menyebabkan kerusakan besar di alam semesta. Belum pernah terjadi dalam sejarah manusia, alam mengalami kerusakan seperti saat ini, di mana ilmu pengetahuan sekuler merajai dunia ilmu pengetahuan.

Ilmu yang salah itulah yang menimbulkan kekacauan (chaos) dalam kehidupan manusia, ketimbang membawa perdamaian dan keadilan; ilmu yang seolah-olah benar, padahal memproduksi kekacauan dan skeptisisme (confusion and scepticism). Sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan sangat pesat, Ilmu Fisika terbukti telah membawa banyak manfaat bagi umat manusia. Sebenarnya apa sih fisika itu?

Fisika, menurut para ahli, adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya, termasuk materi dan energi serta interaksi di antara keduanya. Fisika juga fokus pada perilaku dan sifat materi, mulai dari partikel submikroskopis hingga alam semesta sebagai satu kesatuan. Ilmu ini menggunakan metode ilmiah seperti pengamatan, eksperimen, dan analisis data untuk memahami fenomena alam. Dalam mempelajari fisika di sekolah kita ditekankan atau diharapkan tidak hanya menguasai konsep-konsep fisika secara teori tetapi juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk membuktikan konsep-konsep fisika yang didapat dari teori tersebut. Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi. Pembelajaran diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Supraktinya, 2012). Sedangkan fisika Islam adalah fisika yang dibangun dari motivasi dan ibadah. Mempelajari fisika Islam berarti berusaha memberikan kemakmuran di bumi, mendekatkan manusia pada penciptanya, keadilan, melepaskan dari penindasan, dan penjajahan. Saat mempelajari fisika perlu waspada, karena akan menjadi fisika sekuler kalau tidak didorong dengan motivasi keimanan.”

Di era modern sekarang sepertinya wajib untuk kaum muslim harus belajar ilmu ini. Tetapi, ada satu yang perlu diingat bahwa cara pandang dan cara belajar seorang muslim akan berbeda dengan yang lain. Emangnya kenapa ya musllim diistimewakan? Sebab, bagi Muslim alam semesta adalah ayat-ayat Allah, yang dipelajari dan juga diterapkan di dalam kehidupan bukan sekedar untuk mengungkap temuan-temuan baru tetapi juga untuk mengenal sang pencipta. Karena Islam sebagai agama aqidah dan diyakini sebagai ajaran yang terbenar, telah melapangkan jalan sebagai revolusi ilmu pengetahuan universal dari segala segi kehidupan. Jadi dapat diismpulkan bahwa islam juga memberikan sumbangan terhadap fisika terbukti dengan benyaknya temuan yang berkaitan dengan ilmu fisikayang ditemikan oleh ilmuan muslim, diantaranya adalh AlKhawarizmi, dan masih banyak lagi ilmuan muslim yang berjasa dalam ilmu fisika.(*)

Miftahur Rahmah Pulungan, studi Biologi di Universitas Negeri Medan. Sekarang mengajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Azzakiyah Islamic Leadership, Medan.

Artikel ini telah dibaca 82 kali

Baca Lainnya

KOSMOLOGI CARUIK

13 September 2025 - 18:51 WIB

Frida Kahlo, The Wounded Deer, 1946 via Wikiart.org

Penyala Literasi Sumatera Barat Gelar “Semarak Literasi Ranah Minang”

24 August 2025 - 11:00 WIB

Foto bersama Ketua Penyala Literasi Sumatera Barat, Eka Teresia, S.Pd, M.M

Apakah Kami Masih Belum Layak untuk Dicintai?

6 August 2025 - 16:45 WIB

Foto: Toba TV

Menyingkap Musuh-musuh Para Penulis

20 June 2025 - 03:21 WIB

WikiArt.org

Ketika Sastra Menyingkap Politik Brutal

20 June 2025 - 02:53 WIB

WikiArt.org

Menulis Sebagai Panggilan Sejarah

20 June 2025 - 02:42 WIB

WikiArt.org
Trending di Esai