Anak Anak Surgaku
( Kepada Aliaah, Raihanah dan Khadijah )
Saat Ummi menulis ini,
ada hujan tertahan
Gundah melawan gerimis tumpah ruah
Mengaliri bilik kamar kita kian usang
Pagi tadi,
Sebelum Aliaah berangkat dan berpamitan
Gerimis itu luruh menjadi jejak jejak
Menapaki jalan sempit
lengang seperti biasa
menghantarmu ke sekolah
Selepas hujan, Pelangi datang bak sayap warna warni
Pendar cahayanya menyapu raut wajah putri keduaku, Raihanah
“Ummiiii…ada pelangiiii”, laungnya membuyarkan aroma ikan Pallu Kacci yang memenuhi ruangan
Sahutan dan senyum kupaksa pertanda masakan tak lagi sedia
Sesekali menengok ke Kulambu
Barangkali matahari menggigil kaku
Melelapkan Khadijah, putri ketigaku
Ah sayang, ” Pamopporangnga, Nak”..
Jika selimut yang menjadi dekapan hangat bagimu, Bukan kedua tangan kasar ini
Yang saban waktu berpenat-penat
Mengisi tempayan gabah
demi mengganjal perut hari hari
Sulsel, 2024
Pukul Enam Pagi
Dimulai pukul enam pagi
dentuman bom sarapan kami
Fosfor betebaran
Darah berceceran
Di kamp yang lain
Anak anak menangisi Ibunya yang mati
Gowa, 2024
*Tuhan, ijinkan aku demonstrasi*
Tuhan, ijinkan aku demonstrasi
meski hanya dari udara
melacak gerakan para gerilyawan
menangisi lagu-lagu yang tumpah
di tengah massa
para syuhada? barangkali
Apa kau lihat Tuhan? saudaraku yang tinggal di dalam tubuh militer, di kursi kursi dewan, juga di balik kemudi watercanon, semua ikut mandi keringat
Panas dingin berita
suhu yang sporadis
ini bukan perang yang kau inginkan, bukan.
Pikiran kami terjarah
antara fakta dan kebohongan
semua membela diri
semua bawa barang bukti
Disini, layar kamera pecah dihujani serapah
aku tak bisa membawa bukti kepadaMu
karena kitab suci pancasila, undang undang dan kawan-kawannya
sedang ikut demonstrasi melawanMu
2020
Daeng Karra, perempuan kelahiran Kendari, 9 Juni 1982. Lulusan Akademi Pelayaran yang hobi ngopi, berpetualang dan baca buku. Seorang ibu dengan tiga anak yang memimpikan suatu saat memiliki sebuah perpustakaan pribadi, dan menjadi penyair.







