Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Puisi · 20 Oct 2024 23:36 WIB ·

Puisi Gracia Asriningsih


 Oleksandr Aksinin, Thought in the Eyes 1966 via WikiArt.org Perbesar

Oleksandr Aksinin, Thought in the Eyes 1966 via WikiArt.org

Ingatan seorang gila dalam pengasingan

Apakah kau perlu membunuhku yang berada dalam dirimu ?
Seperti penulis yang menderitakan permasuri cantik dalam petakanya?
Atau kau menghentikan nafasku sehingga kau bisa menciumku dengan dalih nafas buatan?
Membunuhku adalah membunuhmu
Pembunuhan itu akan berulang sampai mimpimu dalam lelap
Sampai kau sendiri terbunuh sepi
Lalu kau tersadar
Hidupmu sekadar sandiwara
Kita berganti dan bertukar peran
Sampai kita saling menghafal dan saling merasa
Membunuhku atau tidak
Akhirnya tak penting lagi
Hanya permainan untuk menyadari
Bahwa kau adalah aku.

Obituari

Apakah kau akan datang ke pemakamanmu?
Memindai wajah pelayat satu persatu
Dan mereka tak merasaimu
Apakah kau berharap kekasih simpananmu sepuluh tahun lalu menampakkan diri?
Mungkin kau menyimpannya terlalu dalam hingga ia tak mungkin berhadapan dengan istrimu yang telah kau khianati kesekian kalinya.
Kau akan kecewa dengan penguburanmu.
Mereka seolah-olah prihatin akan kepergianmu, sambil menunggu kapan bisa menagih hutangmu pada
Pamanmu yang tak bisa menolak
Pada anak-anakmu yang pura-pura terhenyak bahwa bapaknya berhutang untuk membelikan ijazah palsu
Kawan-kawan yang kau anggap penting itu hanya mengirim karangan bunga plastik
Karena kematianmu mengingatkan mereka bahwa tak ada lagi banyak waktu
Untuk beradu ranjang dengan istri ketiga

Penundaan perjalanan

Aku membatalkan puisi
Karena senja tak pernah ada
Matahari dini hari hanya ilusi
aku ada di tanah musim panas
Di ujung dunia dimana malam tak pernah ada
Apakah aku perlu membatalkan mimpi
Tentang pelukanmu tanpa jeda
Akan kuciptakan gelembung pelangi untukmu
Dari tiupan nafas dan deterjen
Dimana kita seolah selamanya
Tapi tahukah kamu berapa lama, selamanya itu ?
Aku harus belajar bosan
Hingga menguasai kebosanan
Hingga kau bisa bertahan dalam diam
Karena kita hanya bisa sunyi bersama di ujung selamanya
Aku telah meminangmu pada tujuh kehidupan yang lalu.

Prosedur standar

Jika waktu dan jarak tidak ada
Hatiku meregang saat matamu berkedip
Menangkar rasa-rasa yang berkelana
Agar getarannya sampai padamu

Jika hidup hanya simulasi
Aku akan memainkannya denganmu
Untuk kesekian kalinya
Sampai aku memenangkan perkara
Tentang dansa kita yang tak pernah selesai

Jika kematian hanya soal meninggalkan tubuh
Dan kita lahir kembali dalam lupa
Jiwaku akan menemukanmu yang belia
Sebelum sesat hidup dan petaka mencederaimu

Gracia Asriningsih, penulis lepas dan interpreter.

Artikel ini telah dibaca 109 kali

Baca Lainnya

Puisi Pringadi Abdi Surya

1 December 2024 - 06:37 WIB

Ilustrasi: Talia Bara

Puisi Lalu Azmil Azizul Muttaqin

17 November 2024 - 20:46 WIB

Walter Battiss, Bird, Monkey and Woman, via Wikiart.org

Trivia Kampung Sawah, Antologi Puisi IRZI

15 November 2024 - 02:09 WIB

Instagram: penerbitvolodrom

Puisi Yeni Purnama Sari

10 November 2024 - 01:17 WIB

Puisi Arif P. Putra

10 November 2024 - 00:45 WIB

Puisi Imam Budiman

3 November 2024 - 22:05 WIB

M.F. Husain, The Preacher at Mecca, via Wikiart.org
Trending di Puisi