Ada pertanyaan? Kontak kita
No Result
View All Result
Newsletter
Janang
  • Home
  • Cerpen
  • Puisi
  • Budaya
  • Buku
  • Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Kriteria Tulisan
  • Program
  • Kontak Kami
  • Home
  • Cerpen
  • Puisi
  • Budaya
  • Buku
  • Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Kriteria Tulisan
  • Program
  • Kontak Kami
No Result
View All Result
Janang
Home Cerpen

LELAKI SUPER SABAR

Luhur Satya Pambudi by Luhur Satya Pambudi
18/02/2023
in Cerpen
0
LELAKI SUPER SABAR
Share on FacebookShare on Twitter

Barangkali lelaki tua itu layak dimasukkan ke dalam senarai “50 Orang Paling Sabar di Dunia” pada masa kiwari ini. Seandainya saja terdapat penghargaan untuk mereka, maka ia pun layak memperoleh sebatas piagam atau medali. Apalagi sekiranya penghargaan tersebut berhadiah uang tunai, lelaki tua itu pasti sungguh bersukacita menerimanya. Pagi itu ia baru saja melakukan sesuatu atas inisiatifnya sendiri, tapi sang istri serta-merta memprotesnya dengan suara keras.

“Walah, Mas. Mbok kamu itu tidak usah neko-neko seperti itu!”

Si lelaki tua bergeming belaka dan langsung menghentikan kegiatannya. Ia memilih menjauhi perempuan yang menjadi ibu bagi sepasang anaknya yang sudah menikah semua. Begitu siang datang, sehabis melaksanakan kewajiban sesuai instruksi sang istri, ia pun beristirahat dengan santai seraya menikmati rokok kretek di teras rumahnya. Tak lupa ia membawa secangkir kopi pahit tanpa gula kesukaannya yang dibuat dengan tangannya sendiri. Ia memang tidak terlalu menyukai manisnya rasa minuman maupun makanan, kendati sesekali masih bisa menikmatinya. Eh, ternyata hal itu tak berkenan pula bagi istrinya.

“Walah, Mas. Jadi orang kok bisanya cuma duduk santai, merokok sambil minum kopi seperti itu. Mau apa-apa, ya mesti disuruh dulu.”

Tiada reaksi berarti. Rona wajahnya tetap tidak berubah sama sekali. Lelaki tua itu tenang belaka menanggapinya. Namun, tak lama kemudian ia bergegas pergi dengan sepeda motor tuanya. Demikianlah yang terjadi selama lebih dari tiga puluh tahun pernikahan si lelaki dengan istrinya yang dua belas tahun lebih muda. Ia telah berusia 34 tahun ketika menikahi gadis berusia 22 tahun yang dijodohkan dengannya waktu itu. Bisa jadi lantaran rasa cintanya yang terlampau dalam atau entah apa namanya, tapi kenyataannya dia mampu menjalani kehidupan bersama istrinya yang terkesan tidak menghormati suaminya dan kerap nian menyalahkan dirinya. Nyaris tidak pernah ia mendapatkan pujian dari sang istri selama puluhan tahun, tapi ia sama sekali tak merasa sakit hati. Yang penting, ia mengerti dan yakin sungguh bahwa perempuan itu sejatinya senantiasa mencintainya.

Sudah sekitar dua dekade terakhir, aktivitas rutinnya adalah membantu istrinya yang pandai memasak dan kerap menerima pesanan makanan. Biasanya ia mengawal sang istri berbelanja bahan masakannya di pasar, lantas mengantarkan pesanan makanannya ketika sudah jadi ke berbagai area. Sebelumnya ia sempat bekerja sebagai karyawan di sejumlah tempat sejak masih lajang hingga akhirnya berkeluarga. Terakhir kali ia dipecat karena tempat bekerjanya gulung tikar di masa krisis moneter melanda negeri ini, lantas ia memilih mendukung sepenuhnya usaha kuliner istrinya yang waktu itu baru mulai dirintis.

***

Ada satu malam tak terlupakan yang tidak biasa dialami si lelaki tua, pada suatu ketika. Sebuah ketidaklaziman yang menjadi pengalaman baru baginya. Waktu itu ia sedang melakukan sebuah perjalanan seorang diri melewati area persawahan di sebuah desa, sekitar 10 kilometer dari rumahnya yang berlokasi di pinggir kota. Ia baru saja mengantarkan pesanan makanan dari salah satu pelanggan masakan istrinya. Di tengah jalan, sepeda motor tua yang dikendarainya tiba-tiba bersenggolan dengan sepeda motor lainnya dan keduanya sama-sama jatuh setelah sempat melaju beberapa meter. Seorang lelaki muda lekas bangkit dari sepeda motornya menghampiri lelaki tua itu, lalu mengatakan sesuatu dengan begitu kasar.

“Heh, dasar bapak tua! Mbok kalau naik motor itu hati-hati, pakai matamu! Apa jangan-jangan mata kamu sudah rabun?”

Si lelaki tua pelan-pelan mengangkat motornya. Seperti biasanya ia tetap sabar dan tak peduli apa kata orang terhadap dirinya, sebagaimana ketika ia menghadapi istrinya. Tidak ada orang selain mereka berdua malam itu. Jalan kebetulan sedang senyap dan tak seberapa terang pula cahaya lampu. Suara guntur serta-merta menggelegar. Air mulai turun dari langit, lantas dalam sekejap hujan kian menderas. Lelaki tua itu bergeming belaka, tapi matanya memandang tajam si lelaki muda yang setelah berteriak kepadanya, lantas sedang bersiap-siap pergi. Ternyata ada sesuatu yang aneh kemudian terjadi.

“Aduh, ada apa ini? Kenapa tubuhku sakit sekali? Aduh! Aduh!” teriak lelaki muda serta-merta yang bergerak-gerak laksana cacing kepanasan. Ia menoleh ke arah lelaki tua itu, sepertinya mengerti apa yang membuatnya kesakitan. Untuk sesaat ia merasa ada yang memukuli dadanya.

“Aduh, maafkan saya. Tolong Pak, jangan sakiti saya!” katanya sambil berlari ke arah orang yang dimakinya tadi.

Lelaki tua itu menutup matanya sejenak dan membukanya kembali. Si lelaki muda masih bersimpuh di hadapannya.

“Sudahlah, saya yang minta maaf karena kurang waspada. Mungkin kamu benar, mata saya sudah mulai rabun. Maklumlah, bapak ini memang sudah tua,” ucapnya sembari mengajak berdiri lelaki muda itu.

“Eh iya, Pak. Saya anu… pasti akan lebih hati-hati. Permisi ya, Pak.”

Si lelaki tua tersenyum tipis semata menyaksikan pemuda itu meninggalkan dirinya yang berdiri terpaku dengan kondisi tubuh basah kuyup. Sejatinya ia pun baru mengerti bahwa pandangan matanya ternyata memiliki kekuatan tersendiri. Entah dari mana asalnya, yang jelas ia belum lama menyadarinya. Ia lantas mendongakkan kepalanya ke arah langit seraya berkata,

“Hujan, bisakah kau berhenti sejenak saat ini?”

Ajaib. Serta-merta air deras dari langit tidak turun lagi serta menyisakan gerimis belaka. Untuk kedua kalinya ia merasakan sebuah keanehan pada malam itu. Apakah sejatinya yang sedang terjadi? Si lelaki tua mencoba menganalisis dirinya dengan pikirannya yang bersahaja. Barangkali kekuatan tersebut hadir berkat kesabarannya menjalani hidup bersama istrinya selama lebih dari tiga dasa warsa. Menghadapi kemarahan orang lain-sebagaimana yang baru saja terjadi-jiwanya pun tidak bergejolak, tetap tenang belaka. Maka, sehabis malam itu ia tetap melangkah tanpa beban, bahkan lebih santai lagi menghadapi apa pun ocehan maupun hardikan sang istri laksana angin lalu. Lambat laun ia semakin menyadari berbagai potensi yang dimilikinya dan bahkan mengejawantahkan sebuah profesi baru dalam hidupnya : menjadi pawang hujan.

[]

 

 

 

 

Luhur Satya Pambudi

Luhur Satya Pambudi

Luhur Satya Pambudi lahir di Jakarta dan tinggal di Yogyakarta. Cerpennya pernah dimuat di sejumlah media cetak maupun digital. Kumpulan cerpennya berjudul Perempuan yang Wajahnya Mirip Aku. 

Search

No Result
View All Result

Janang

Janang

Janang

Seksi & Berisi

Hello & welcome to my blog! My name is Mocha Rose and I'm a 20-year-old independent blogger with a passion for sharing about fashion and lifestyle.

Instagram

  • Puisi Dermaga Sepi, Istra Yulanda dan Sajak lainnya karya Moehammad Abdoe

Sucy Cahaya Ningtyas, lihatlah
betapa bulan Maret ini sungguh mawar
ia merekah dari tangkainya yang berduri
namun kau hanyalah penyedapnya
  • Cerpen Dua Cerita Manusia oleh Karisma Fahmi Y.

“Jangan kenalkan aku dengan lelaki kaya, Kev,” katanya setengah meminta.

Kevin terhenyak dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Lama Kevin menatap mata Ranti.

“Aku tak mengerti maksudmu!”

Jam berdetak mendekati waktu makan siang. Mall mulai ramai. Ranti menelan ludahnya pahit. Memang susah rasanya menjelaskan segalanya. Namun ia tak menyalahkan pertanyaan Kevin.
  • Esai minggu karya Bandung Mawardi
  • Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya sastrawan dan seniman—Remy Sylado . 

#Janang
  • Bagaimana
cara kontribusi
di Janang?

Jawabannya di halaman dua.

#janang
  • Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.
  • Aku tidak pernah menyangka akan pindah kemari. Tempat di mana mayoritas orang-orang di sini adalah etnis Tionghoa. Kudengar, setiap akan mendekati Tahun Baru Imlek, hampir semua para warga di Gang Warung ini menjadi penjaja aneka makanan. Sebelum kepindahanku kemari, bapak sempat berpesan agar jangan terlalu dekat dengan Meimei. Entah apa sebabnya. Aku hanya mendengarkan sambil lalu, sebab sebenarnya aku tidak suka jika harus hidup nomaden seperti ini.

…

Baca di web janang.id

Selamat membaca cerpen @reniasihwidiyastuti Reni Asih Widiyastuti tamu Jananng

#cerpen #sastra #janang
  • ...

matahari masih menjadi tanda yang tak ingkar
bagi kaki bayang-bayang di pematang jalan
jalan yang berliku dan kadang menanjak
memecah teka-teki arah di senyap kedua mata
o, seketika di sana—sanggul kabut putih jelita
menerjemahkan suara hati para peladang
sebelum burung sampai di sarang

...

Sudahkah kau baca sajak-sajak @waritsrovi88 yang terhimpun dalam sajak Ziarah Tanah Juruan yang terbit di Janang. Silahkan kau susuri setiap sajak itu. Kita hidangkan sajak itu untuk dirimu.

Baca di web janang.id

#puisi #sajak #sastra #sastraminggu

Facebook

@janang.id

  • Puisi Dermaga Sepi, Istra Yulanda dan Sajak lainnya karya Moehammad Abdoe

Sucy Cahaya Ningtyas, lihatlah
betapa bulan Maret ini sungguh mawar
ia merekah dari tangkainya yang berduri
namun kau hanyalah penyedapnya
  • Cerpen Dua Cerita Manusia oleh Karisma Fahmi Y.

“Jangan kenalkan aku dengan lelaki kaya, Kev,” katanya setengah meminta.

Kevin terhenyak dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Lama Kevin menatap mata Ranti.

“Aku tak mengerti maksudmu!”

Jam berdetak mendekati waktu makan siang. Mall mulai ramai. Ranti menelan ludahnya pahit. Memang susah rasanya menjelaskan segalanya. Namun ia tak menyalahkan pertanyaan Kevin.
  • Esai minggu karya Bandung Mawardi
  • Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya sastrawan dan seniman—Remy Sylado . 

#Janang
  • Bagaimana
cara kontribusi
di Janang?

Jawabannya di halaman dua.

#janang

Janang. Seksi & Berisi. Janang hadir sebagai media alternatif. Janang menerbitkan karya sastra dan esais terbaik dari para penulis.

Categories

  • Budaya
  • Buku
  • Cerpen
  • Esai
  • Musik
  • Puisi

Tags

bandung mawardi cerpen esai imam budiman novel puisi sajak Sastra

© 2023 Janang

No Result
View All Result
  • Home
  • Cerpen
  • Puisi
  • Budaya
  • Buku
  • Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Kriteria Tulisan
  • Program
  • Kontak Kami

© 2023 Janang