Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Budaya · 15 Nov 2024 06:23 WIB ·

Lomba Baca Puisi antar Guru se-Sumatera Barat


 Dokumentasi: Areta Reztu Azuri Perbesar

Dokumentasi: Areta Reztu Azuri

Dokumentasi: Areta Reztu Azuri

Dokumentasi: Areta Reztu Azuri

Guru/tenaga pendidik dari Payakumbuh, Bonjol, Padangpariman serta berbagai daerah lain ikut meramaikan Lomba Baca Puisi antar Guru se-Sumatera Barat di Komunitas Seni Intro, Payakumbuh pada Minggu, 10 November 2024. Lomba ini diadakan sebagai wujud apresiasi atas lahirnya buku terbaru Kuyut, “dengung tanah goyah” terbitan Jual Buku Sastra.

Foto: Istimewa

Istimewa

Perlombaan dilakukan pada pukul 08.00 wib dan pengumuman pemenang dilaksanakan pada pukul 16.00 wib di hari yang sama. Juri pada kegiatan ini Adri Sandra (penyair), Afrizal Harun (akademisi), dan Della Nasution (Sutradara) yang memberikan penilaian pada tiga pokok penting, yakni interpretasi, vokal, serta teknik baca/penampilan.

Dallu Awartha, selaku pembawa acara cair dalam pembawaan, hingga perlombaan berlangsung santai, tidak tegang, dan menyenangkan.

Di bawah pepohonan rindang dan cuaca sejuk, acara digelar meriah dan terlaksana tanpa hambatan. Beberapa saat jelang pengumuman lomba, Iyut Fitra serta seluruh juri dan peserta lomba baca ikut terlibat dalam diskusi dadakan seputar teknis lomba, kriteria pemenang, alasan menang dan kalah, serta diskusi kesusastraan secara umum. Diskusi ringan ini cukup mendapat tanggapan dari beberapa guru yang langsung melempar pertanyaan. Kuyut bilang, “inti dari kegiatan ini, adalah diskusi ini, perlombaan barusan hanya euforia, pertemuan dan kebersmaan ini yang lebih penting.”

Iyut Fitra menyebut, “Jika ingin mendalami sastra, tidak cukup hanya dengan memiliki “dengung tanah goyah” saja, perlu buku lain yang harus bapak/ibu baca demi menambah kecintaan pada sastra. Sebelumnya, memang buku kumpulan puisi Iyut Fitra ini dijadikan sebagai salah satu syarat dalam perlobaan.

Lebih lanjut, Adri Sandra menyampaikan dalam sesi diskusi, “Guru harus menjadi pusat dalam setiap pembelajaran, agar siswa selalu mengarah kepadanya, hingga ke depannya diharapkan, tidak perlu lagi sastrawan untuk hadir ke sekolah memberikan pengarahan, cukup guru.”

Maksudnya, agar purna pemahaman pada siswa, guru harus senantiasa mengasah kemampuannya, hingga, guru-guru menjadi orang pertama yang bisa mengarahkan siswa, guna menikmati keindahan sastra.

Della Nasution dan Afrizal Harun ikut pula memberikan segelintir yang mereka punya, sementara Okta Piliang masih saja sibuk dengan gawai yang ia punya, mengabadikan momen lomba ini.

0-0x0-0-0#

Terpilih lima orang pemenang, dan kelimanya saya lupa namanya. Senang ikut terlibat, banyak hal yang bisa saya pulang.(*)

Artikel ini telah dibaca 15 kali

Baca Lainnya

Kisah-kisah Menjelang Pulang dari Borobudur Writer Cultural Festival (BWCF) 2024

24 November 2024 - 16:26 WIB

Hasbunallah Haris, prosais, novelis harapan bangsa

Sendirian ke Festival

24 November 2024 - 15:25 WIB

The Venyamin membawakan "From Behind the Iron Bars"

Hindia Belanda dari Sisi yang Lain

17 November 2024 - 21:09 WIB

Festival Sastra Sanusi Pane

15 November 2024 - 04:20 WIB

May Moon Nasution, penyair asal Natal, salah seorang sastrawan yang ikut dalam kegiatan Sastrawan Masuk Sekolah di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan

check-in/check-out, buku puisi Bardjan

15 November 2024 - 02:38 WIB

Instagram: penerbitvelodrom

MAHASISWA IDEALIS: MAHASISWA YANG MENULIS

3 November 2024 - 21:16 WIB

Conroy Maddoc, Anarchic Energy, via WikiArt.org
Trending di Budaya