Hampir selama dua bulan, terhitung sejak 1 September 2024 sampai 27 Oktober 2024, Bengkel Kreatif Menulis (BKM), sebuah komunitas yang dikelola para kreator sastra dan kesenian di Kota Padangsidimpuan, Sumatra Utara, menggelar Festival Sastra Sanusi Pane.
Festival yang menampilkan kegiatan Sayembara Menulis Esai tentang Sanusi Pane, Seminar Sastra, Kemah Sastra Pelajar dan Mahasiswa, Sastrawan Masuk Sekolah, dan penerbitan buku “Membaca Kembali Sanusi Pane” itu mampu menarik minat ratusan pelajar dari berbagai sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Padangsidimpuan.
Pada 1 September 2024, Ketua Panitia Festival Sastra Sanusi Pane, Hady Kurniawan Harahap, yang juga seorang pecerpen dengan nama pena Bang Harlem, membuka festival yang mengangkat sosok Sanusi Pane itu dengan mengumumkan Sayembara Menulis Esai tentang Sanusi Pane. Sayembara bertema “Menggali Kontribusi Sanusi Pane Terhadap Dunia Intelektual di Indonesia” itu, menampilkan tiga orang juri: Dr. Rosliani, S.S., M.Hum mewakili akademisi yang juga peneliti dari Badan Bahasa Sumatra Utara, Saut Situmorang mewakili kritikus sastra, dan Budi P Hutasuhut mewakili peneliti sejarah.
Ketiga juri ditugasi memilih enam esai sebagai pemenang, di mana keenam esai tersebut akan diterbitkan menjadi buku. Hampir 200 naskah esai, datang dari para penulis esai di berbagai daerah di Indonesia karena sayembara ini berlaku secara nasional. Para pengirim esai diberi waktu pengiriman sampai 30 September 2024. Para juri kemudian melakukan penilaian terhadap esai para peserta sejak tanggal 1 Oktober 2024 sampai 8 Oktober 2024.
Dari penilaian juri, diperoleh para pemenang 1. Tarman Effendi Tarsyad, seorang akademisi yang tinggal di Banjarmasin, dengan karya esai berjudul “Bentuk Dominan Puisi Sanusi Pane”. Juara ke-2 diberikan kepada Ahmad Husein Harahap, seorang guru dan penggerak literasi asal Padangsidimpuan, dengan karya esai “Membangun Karakter Siswa Indonesia Maju Bersama Spirit Perjuangan Sanusi Pane”. Sedangkan karya esai Rian Kurniawan berjudul “Membaca Sanusi Pane : Pancang Ingatan dalam Pijakan Berbangsa dan Berbahasa” memperoleh juara ke-3.
Para memenang memperoleh buku hasil sayembara, piagam juara, dan uang tunai Rp2 juta untuk juara ke-1, Rp1,5 juta untuk juara ke-2, dan Rp1 juta untuk juara ke-3.
Selain tiga pemenang tersebut, ada tiga pemenang harapan. Karya esai berjudul “Obsesi dan Kontribusi Pemikiran Sanusi Pane Melalui Hibridisasi Sastra Dan Budaya” karya I Nyoman Suaka, seorang akademisi di Bali, menjadi pemenang harapan ke-1 dan berhak atas hadiah Rp500.000 + piagam + buku. Pemenang harapan ke-2 diraih esai berjudul “Nyanyian-Nyanyian Alam Sajak-Sajak Sanusi Pane 1927-1931” karya Ubai Dillah Al Anshory, seorang penggerak literasi dari Padang Panjang, Sumatra Barat. Sedangkan harapan ke-3 diraih esai berjudul “Sanusi Pane: Perintis Wacana Intelektual Modern Indonesia Melalui Sintesis Budaya” karya Husnul Fauziyah, seorang akademisi asal Jawa Tengah.
Selain sayembara esai, Festival Sastra Sanusi Pane diisi kegiatan Sastrawan Masuk Sekolah. Kegiatan ini dberupa pemberian pelatihan tentang sastra dan menulis karya sastra kepada peserta didik di SMK Negeri 1 Padangsidimpuan, SMA Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan, MAN 2 Padangsidimpuan, SMA Negeri 2 Padangsidimpuan, SMP Swasta Sariputra Padangsidimpuan, SD Islam terpadu Bunaiya Padangsidimpuan, dan SMP Islam terpadu Bunaiya Padangsidimpuan.
Kegiatan Sastrawan Masuk Sekolah yang diikuti sekitar 50 siswa per sekolah ini, melibatkan sepuluh orang sastrawan yang ada di Padangsidimpuan seperti Eva Riyanti Lubis (novelis), Winny K Lubis (novelis), Riski Mulyani Nasution (guru dan novelis), Fenny Hanny Dalimunte (cerpenis dan guru), May Moon Nasution (penyair), Toras Barita Bayo Angin (penyair dan akademisi), Efry Nasaktion (penyair), Ahmad Rusli (esais dan akademisi), dan Budi Hatees (penyair).
Sepuluh sastrawan dating ke tiap sekolah yang dikunjungi, berdiskusi dengan para peserta didik terkait segala hal tentang kreativitas berkesenian dan berkesusastraan. Bahkan, para sastrawan dan para peserta didik, sama-sama menampilkan pentas baca puisi.
Momentum Sastrawan Masuk Sekolah membuka ruang bagi anak didik yang punya bakat bersastra untuk menampilkan kreativitasnya.
Setelah kegiatan Sastrawan Masuk Sekolah, rangkaian Festival Sastra Sanusi Pane menggelar kegiatan Kemah Sastra Pelajar dan Mahasiswa yang diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang ada di wilayah Tapanuli bagian Selatan: Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padanglawas, Kabupaten padanglawas Utara, dan Kabupaten Mandailing Natal.
Kemah Sastra disi kegiatan Pelatihan menulis yang menampilkan Pembicara Daud Hasian Harahap, seorang penggiat literasi dari Kecamatan Arse, kabupaten Tapanuli Selatan, yang juga merupakan penggerak Rumah Baca Nanggar Jati. Setelah mendapat Pelatihan, para peserta Kemah Sastra ikut berlomba dalam Lomba Baca Puisi, Lomba Tulis Puisi, dan Lomba Apresiasi Puisi Karya Sanusi Pane.
Usai Kemah Sastra yang digelar 19 sampai 20 Oktober 2024, Festival Sastra Sanusi Pane menggelar Seminar Sastra yang membahas tentang sastra masuk kurikulum Pendidikan. Seminar yang menampilkan pembicara Saut Situmorang (kritikus sastra), Desy Andriani, M.Hum (akdemisi di Universitas Graha Nusantara), dan Erwin Siregar, M.Pd (akademisi di Institute Pendidikan Tapanuli Selatan), digelar di aula IPTS di Kota Padangsidimpuan dengan peserta sebanyak 100 orang dari kalangan mahasiswa calon guru, para guru, dan masyarakat umum.
Penutupan acara puncak Festival Sanusi Pane digelar pada 27 Oktober 2024 sekaligus menjadi peringatan Hari Sumapah Pemuda 28 Oktober 2024. Di dalam acara puncak, diluncurkan buku kumpulan esai terbaik hasil sayembara esai dengan judul MEMBACA KEMBALI SANUSI PANE.
Peluncuran buku dilakukan oleh juri sayembara esai, Saut Situmorang dan Budi P Hutasuhut, disaksikan oleh masyarakat yang hadir dalam acara peluncuran buku.(*)