Pagi ini, Andra sedang menunggu Bagas yang katanya akan datang ke rumahnya. Pasalnya, kemarin Bagas sudah berjanji akan ikut olahraga bersama Andra dan Ayahnya. Namun, sampai pukul delapan Bagas belum juga menampakkan batang hidungnya.
Apa Bagas lupa, ya? gumam Andra sambil celingak-celinguk ke rumah Bagas yang tepat di sebelah rumahnya. Atau Bagas belum bangun? Biasanya kan dia memang suka bangun siang kalau hari libur, tambah Andra pada dirinya sendiri.
Setelah menunggu sepuluh menit, akhirnya Andra memutuskan untuk menjemput Bagas saja. Lagi pula rumah mereka tetanggaan dekat sekali. Tapi, saat Andra membuka gerbang, nampaklah Bagas di sana. Sepertinya baru datang.
“Kenapa lama sekali, sih?” tanya Andra sedikit kesal karena keterlambatan Bagas membuat kegiatan akhir pekannya harus tertunda sejenak.
Bagas pun meminta maaf. Kemudian menjelaskan alasannya setelah menyapa Ayah Andra yang berjalan menghampiri keduanya. Bagas bilang, ia bangun kesiangan karena malam tadi bermain game sampai larut malam. Alhasil, ia tidak mendengar alarmnya yang berbunyi. Pun tidak menghiraukan panggilan Ibunya yang membangunkannya sejak jam enam tadi.
“Main game itu nggak apa-apa, asalkan nggak berlebihan. Nanti matanya cepat rabun loh kalau dipaksa begadang” seru Ayah Andra sambil menggiring dua anak laki-laki itu menuju taman kompleks. Rencananya hari ini mereka akan olahraga seperti yang Andra dan Ayahnya lakukan saat akhir pekan.
“Hehe, iya, Om” sahut Bagas dengan cengirannya sambil garuk-garuk kepala. “Kita mau olahraga apa, nih, Om? Jangan yang berat-berat, ya, Bagas nggak biasa olahraga”
“Huh, kamu tuh memang malas sekali olahraga. Olahraga tuh bagus tahu, daripada rebahan saja di kamar sambil bermain hape” sahut Andra sedikit mengejek. Untung saja tidak membuat Bagas marah karena yang dikatakan Andra memang benar. Bagas memang biasanya menghabiskan waktu liburnya dengan bermain ponsel atau menonton tivi sepanjang hari.
“Sudah-sudah. Hari ini kita bermain bulu tangkis saja, ya. Andra kemarin mengajak bermain ini, jadi Om belikan raket dan koknya” ujar Ayah Andra sambil menunjukkan dua tas berisi raket dan sebuah tabung berisi kok bulu angsa.
Dengan heran Andra bertanya, kenapa raketnya hanya ada dua? Kan mereka bertiga sekarang. Ayahnya pun menjelaskan bahwa yang akan bermain hanya Andra dan Bagas. Sedangkan Ayah akan lari-lari kecil memutari taman kompleks.
“Maaf, ya, kamu jadi tidak bisa bermain dengan Ayahmu seperti biasanya” seru Bagas merasa tidak enak hati.
“Ah, santai saja. Yang penting aku tetap ada teman olahraga. Ayo mulai” ajak Andra sambil mencari posisi.
Keduanya pun mulai bermain. Bagas masih pemula, berbeda dengan Andra yang memang sudah sering bermain dengan Ayahnya. Tetapi, Bagas tidak menyerah. Ia terus belajar dan mengejar poinnya yang tertinggal. Meskipun akhirnya skor Andra lebih banyak dan berhasil meraih kemenangan.
Andra segera mendekati Bagas yang tampak murung saat mengetahui nilainya tertinggal jauh. Kemudian, ia duduk di samping Bagas sambil merangkul bahunya. Andra pun memberikan kata-kata penyemangat kepada Bagas. Andra bilang, setiap kompetisi pasti ada menang dan kalah. Tidak mengapa jika kalah hari ini, sebab besok pasti akan menang jika tetap berusaha dan terus mencoba. Andra pun tidak lupa mengajak Bagas untuk ikut olahraga lagi pekan selanjutnya. Bagas langsung setuju karena menurutnya, olahraga itu menyenangkan. Bisa bermain sambil menggerakkan tubuh supaya tidak mudah terserang penyakit. Setelah dipikir-pikir, memang olahraga lebih asyik daripada diam di rumah seharian sambil rebahan saja.(*)
Safitri Wulandari,