Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Budaya · 22 Sep 2024 20:27 WIB ·

Puisi Y. Thendra BP


 992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org Perbesar

992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org

992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org

992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org

Kota Tua Padang

batang arau, batang arau…
di tubuhmu kulit semangka & perahu nelayan mengigau

angin muara
menjaring kota tua

bau rempah masa lampau
ujung hijab gadis tak dikenal
menggelepar bersama
derai-derai senja

apalagi yang dicari di sini?

kadang dari balik malam
cahaya musim hujan di lampu jalan
hantu pauh & koto tangah
muncul dengan api di tangan

tapi tak ada yang bisa dibakar lagi
loji bersalin rupa jadi gerai kopi

kemenangan dihamburkan sekali
kekalahan datang bertubi-tubi

asap knalpot
pecahan botol

kota yang terbuat dari sperma belanda
luka di kepala kawula

seperti terompah tercecer sebelah

Lembah Parau

kita sama-sama terperangkap dalam gerimis:
aku, kau, dan lembah.

aku lihat daun pakis hutan
hijau dan agak basah
di musim berasak soklat.

sementara matamu menebarkan pandangnya,
barangkali mencari sisik biru
di langit kelabu.

atau menakar legenda parau lembah,
ibu yang mencari mainan anaknya
di kedalaman cahaya bawah laut,
terjepit waktu menjelma jadi batu–

masih bermaknakah sari banilai itu
di antara kampung eropa dan vila tumbuh
seperti gulma di sawah?

tangkaplah apa yang ingin kau tangkap
dengan jaring cahaya
atau pikiran yang menggenggam
dan melepaskan.

dinding batu pasir yang merah,
tiket pariwisata dan botol aqua,
gerimis dan lembah.

kita hidup di balik kata.

Kami Cintai Tanah Ini Setulus Kematian

di dalam tanah ini
tersimpan tulang sulbi
leluhur kami
juga ari-ari

disusun ranji
ditumpuk memori
jadi tangga-tangga
ke langit mata
kadang biru
kadang kelabu

di atas tanah ini
kami tata
rumah-rumah
pintu-pintu
mengantarkan keberangkatan
menunggu kepulangan
jalan sepanjang kasih ibu

kami tanam biji-bijian
dengan retak garis tangan
dirawat air
diberkahi angin
hari menjadi

kami ikatkan kata
hati ke hati
sehilir semudik
beranak-pinak
jadi puak

jauh sebelum
negara ini
menundukkan kami
di bawah sehelai bendera

lantas
tuan negara tuding
kami hanya
orang-orang asing
di tanah yang kami cintai
setulus kematian?

proyek strategis macam apa
mengusir
orang-orang dari tanah lahir!

1997

2,57 gigaton karbon
menusuk atmosfer
udara bertuba
pedih mata
abu kayu dalam paru-paru

jam sesak
pandang pendek

batuk
dahak darah
meloncat serupa
maling di jendela

sekolah tutup
pakansi yang malang

harga susu naik
pesawat jatuh
telur pecah

begitulah
tangan-tangan serakah
menyalakan api
hutan kalimantan sumatra
jutaan hektare
dibakar

tumbal
ladang sawit luas
curhat minyak goreng
gelinjang busa sabun

nafas si miskin
dirampok mimpi si kaya

kabut asap
musim yang tiba
tahun-tahun selanjutnya

Ikan Hias

tak ada kedalaman laut
pada mata ikan
yang sibuk mengukur
luas akuarium

kebosanannya hiburan
bagi tangan
memberi makan

Y. Thendra BP, buku puisinya Manusia Utama (2011) dan Botol Kosong (2017). Ia juga jurnalis dan fotografer.

Artikel ini telah dibaca 116 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Naga Terakhir di Bumi

3 October 2024 - 19:38 WIB

Arif P. Putra (istimewa)

Pemenang Lomba Menulis Cerpen Peringatan 100 Tahun AA Navis Taman Budaya Sumatera Barat Tahun 2024

3 October 2024 - 16:17 WIB

Percakapan, Film, Makan

29 September 2024 - 03:21 WIB

Sumber: Instagram Aranck Project

Puisi M. Allan Hanafi

29 September 2024 - 02:56 WIB

WikiArt.org

Beberapa Kesalahan Penulis dalam Mengirim Naskah ke Media

24 September 2024 - 01:12 WIB

WikiArt.org

Perjalanan Baru MOOV, dengan Merilis Single Baru “Bernyanyi”

22 September 2024 - 21:28 WIB

Trending di Budaya