Kota Tua Padang
batang arau, batang arau…
di tubuhmu kulit semangka & perahu nelayan mengigau
angin muara
menjaring kota tua
bau rempah masa lampau
ujung hijab gadis tak dikenal
menggelepar bersama
derai-derai senja
apalagi yang dicari di sini?
kadang dari balik malam
cahaya musim hujan di lampu jalan
hantu pauh & koto tangah
muncul dengan api di tangan
tapi tak ada yang bisa dibakar lagi
loji bersalin rupa jadi gerai kopi
kemenangan dihamburkan sekali
kekalahan datang bertubi-tubi
asap knalpot
pecahan botol
kota yang terbuat dari sperma belanda
luka di kepala kawula
seperti terompah tercecer sebelah
Lembah Parau
kita sama-sama terperangkap dalam gerimis:
aku, kau, dan lembah.
aku lihat daun pakis hutan
hijau dan agak basah
di musim berasak soklat.
sementara matamu menebarkan pandangnya,
barangkali mencari sisik biru
di langit kelabu.
atau menakar legenda parau lembah,
ibu yang mencari mainan anaknya
di kedalaman cahaya bawah laut,
terjepit waktu menjelma jadi batu–
masih bermaknakah sari banilai itu
di antara kampung eropa dan vila tumbuh
seperti gulma di sawah?
tangkaplah apa yang ingin kau tangkap
dengan jaring cahaya
atau pikiran yang menggenggam
dan melepaskan.
dinding batu pasir yang merah,
tiket pariwisata dan botol aqua,
gerimis dan lembah.
kita hidup di balik kata.
Kami Cintai Tanah Ini Setulus Kematian
di dalam tanah ini
tersimpan tulang sulbi
leluhur kami
juga ari-ari
disusun ranji
ditumpuk memori
jadi tangga-tangga
ke langit mata
kadang biru
kadang kelabu
di atas tanah ini
kami tata
rumah-rumah
pintu-pintu
mengantarkan keberangkatan
menunggu kepulangan
jalan sepanjang kasih ibu
kami tanam biji-bijian
dengan retak garis tangan
dirawat air
diberkahi angin
hari menjadi
kami ikatkan kata
hati ke hati
sehilir semudik
beranak-pinak
jadi puak
jauh sebelum
negara ini
menundukkan kami
di bawah sehelai bendera
lantas
tuan negara tuding
kami hanya
orang-orang asing
di tanah yang kami cintai
setulus kematian?
proyek strategis macam apa
mengusir
orang-orang dari tanah lahir!
1997
2,57 gigaton karbon
menusuk atmosfer
udara bertuba
pedih mata
abu kayu dalam paru-paru
jam sesak
pandang pendek
batuk
dahak darah
meloncat serupa
maling di jendela
sekolah tutup
pakansi yang malang
harga susu naik
pesawat jatuh
telur pecah
begitulah
tangan-tangan serakah
menyalakan api
hutan kalimantan sumatra
jutaan hektare
dibakar
tumbal
ladang sawit luas
curhat minyak goreng
gelinjang busa sabun
nafas si miskin
dirampok mimpi si kaya
kabut asap
musim yang tiba
tahun-tahun selanjutnya
Ikan Hias
tak ada kedalaman laut
pada mata ikan
yang sibuk mengukur
luas akuarium
kebosanannya hiburan
bagi tangan
memberi makan
Y. Thendra BP, buku puisinya Manusia Utama (2011) dan Botol Kosong (2017). Ia juga jurnalis dan fotografer.