Impian kecil di jendela
Kerinduan ini membawamu pada diriku
Masuk menjadi metafora
Abadi di antara rupa
Dan kenyamanan
Suatu hari di rimba
Mentari menjadi ranum
Suara angin berdesakan di celah reranting
Dan angin sepoi – sepoi menjadi mutiara indah di pelupuk mata
Kemarilah hinggaplah di jendelaku
Saat senja memandang dengan mataku
Seperti apakah
Bila itu benar – benar terjadi
Aku membayangkan dengan tabah
Di akhir hari yang lelah
Kudapati senyummu yang begitu indah
September 2023
Bayang – bayang di balik jendela
Mula – mula ia asing dan gelap
Kepada tempat duduk yang di situ ada aku
Aku yang suka mondar – mandir Penasaran adakah hal menyenangkan
Terhadap bayangan di jendela ?
Rupa – rupanya
Aku menemukan beberapa orang sedang berbicara
Satu memberi isyarat
Yang lain mengiyakan
Sepertinya mereka adalah rimba dongeng
Yang tenggelam dari peradaban
Aku terpaku
Melihat seseorang berjenggot putih
Dengan membawa tas bintang
Akankah ia akan membagikan kebahagiaan atau kekacauan ?
September 2023
Juli Jembatan Suhat
Setelah berhenti di terminal
Aku menuju tempat tubuhku akan istirahat
Malam begitu dingin di sini
Demikian pula orang – orang
Beberapa hari sudah ditegak
Aku mendengar kabar
jembatan menjembatani kematian
Entah siapa dan mengapa
Katanya lelaki tersebut sebelum pergi
Sempat berkata “lebih dekat dengan Tuhan”
Toh walaupun jiwanya merapuh
Dan hatinya meleleh
Setelah hari berduka
Kembalilah hari biasa
Di mana adalah suara gelak tawa
Dan pedagang kaki lima
September 2023
Sepotong rindu di kayu tangan
Aku merasakan kerinduan begitu hebat
Sehebat ombak menerkam badai
Menjadi terbang dan tak terhingga
Orang – orang berpasangan meniti jalanan
Dan kamu menjadi bayangan yang ku impikan
“Seandainya” adalah kata hatiku yang membeku
Lihatlah
Betapa mereka membuatku iri
Bila namamu tak terbubuh di takdirku
Bersuka ria bersama
Bersenda tertawa
Sementara aku ?
Diam menjejali nasib
Ketika namamu melilit penuh sakit
Malam ini namamu beterbangan
Mengintaiku ke dalam jurang harap
Membuat dirimu menetap
Sebagai pertanda bahwa engkau tak akan lenyap
2023
Rembulan redup
Malam terasa hambar
Berada jauh dari dikau
Sementara kisah telah Luluh
Pada kepergian
Perpisahan membingkai duka
Di tepi jalanan yang terasingkan
Aku melihatmu
Sedang menari anggun di seberang
Dengan seorang yang telah dipersilahkan
Angin cemburu
Membentur pada tembok harapan
Memperdalam gubuk yang telah porak – poranda
Semoga engkau bersanding suka
Dan aku lekas lupa
Malang, 2023
SAFARI MAULIDI, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah. Berasal dari desa Guluk – Guluk barat, Sumenep madura. Lahir di Pamekasan, dan tumbuh di Sumenep. Penyuka sastra yang sedang belajar berkarya. Puisi – puisinya tersiar di beberapa media online maupun cetak *.