Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Puisi · 9 Jan 2024 01:13 WIB ·

Puisi Safari Maulidi


 WikiArt.org Perbesar

WikiArt.org

 

WikiArt.org

WikiArt.org

Impian kecil di jendela

 

Kerinduan ini membawamu pada diriku

Masuk menjadi metafora

Abadi di antara rupa

Dan kenyamanan

 

Suatu hari di rimba

Mentari menjadi ranum

Suara angin berdesakan di celah reranting

Dan angin sepoi – sepoi menjadi mutiara indah di pelupuk mata

 

Kemarilah hinggaplah di jendelaku

Saat senja memandang dengan mataku

 

Seperti apakah

Bila itu benar – benar terjadi

Aku membayangkan dengan tabah

Di akhir hari yang lelah

Kudapati senyummu yang  begitu indah

 

September 2023

Bayang – bayang di balik jendela

 

Mula – mula ia asing dan gelap

Kepada tempat duduk yang di situ ada aku

 

Aku yang suka mondar – mandir Penasaran adakah hal menyenangkan

Terhadap bayangan di jendela ?

 

Rupa – rupanya

Aku menemukan beberapa orang sedang berbicara

Satu memberi isyarat

Yang lain mengiyakan

Sepertinya mereka adalah rimba dongeng

Yang tenggelam dari peradaban

 

Aku terpaku

Melihat seseorang berjenggot putih

Dengan membawa tas bintang

Akankah ia akan membagikan kebahagiaan atau kekacauan ?

 

September 2023

 

 

Juli Jembatan Suhat

 

Setelah berhenti di terminal

Aku menuju tempat tubuhku akan istirahat

Malam begitu dingin di sini

Demikian pula orang – orang

 

Beberapa hari sudah ditegak

Aku mendengar kabar

jembatan menjembatani kematian

Entah siapa dan mengapa

 

Katanya lelaki tersebut sebelum pergi

Sempat berkata “lebih dekat dengan Tuhan”

Toh walaupun jiwanya merapuh

Dan hatinya meleleh

 

Setelah hari berduka

Kembalilah hari biasa

Di mana adalah suara gelak tawa

Dan pedagang kaki lima

 

September 2023

 

Sepotong rindu di kayu tangan

 

Aku merasakan kerinduan begitu hebat

Sehebat ombak menerkam badai

Menjadi terbang dan tak terhingga

 

Orang – orang berpasangan meniti jalanan

Dan kamu menjadi bayangan yang ku impikan

“Seandainya” adalah kata hatiku yang membeku

 

Lihatlah

Betapa mereka membuatku iri

Bila namamu tak terbubuh di takdirku

Bersuka ria bersama

Bersenda tertawa

Sementara aku ?

Diam menjejali nasib

Ketika namamu melilit penuh sakit

 

Malam ini namamu beterbangan

Mengintaiku ke dalam jurang harap

Membuat dirimu menetap

Sebagai pertanda bahwa engkau tak akan lenyap

 

2023

Rembulan redup

 

Malam terasa hambar

Berada jauh dari dikau

Sementara kisah telah Luluh

Pada kepergian

 

Perpisahan membingkai duka

Di tepi jalanan yang terasingkan

 

Aku melihatmu

Sedang menari anggun di seberang

Dengan seorang yang telah dipersilahkan

 

Angin cemburu

Membentur pada tembok harapan

Memperdalam gubuk yang telah porak – poranda

 

Semoga engkau bersanding suka

Dan aku lekas lupa

 

Malang, 2023

SAFARI MAULIDI, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah. Berasal dari desa Guluk – Guluk barat, Sumenep madura. Lahir di Pamekasan, dan tumbuh di Sumenep. Penyuka sastra yang sedang belajar berkarya. Puisi – puisinya tersiar di beberapa media online maupun cetak *.

Artikel ini telah dibaca 200 kali

Baca Lainnya

Puisi Imam Budiman

3 November 2024 - 22:05 WIB

M.F. Husain, The Preacher at Mecca, via Wikiart.org

Puisi Malkan Junaidi

23 October 2024 - 12:41 WIB

Children's Game by Tia Peltz via WikiArt.org

Puisi Gracia Asriningsih

20 October 2024 - 23:36 WIB

Oleksandr Aksinin, Thought in the Eyes 1966 via WikiArt.org

Puisi M. Allan Hanafi

29 September 2024 - 02:56 WIB

WikiArt.org

Puisi Y. Thendra BP

22 September 2024 - 20:27 WIB

992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org

Puisi Sus S. Hardjono

15 September 2024 - 06:37 WIB

William H. Johnson, Children at Ice Cream Stand via WikiArt.org
Trending di Budaya