Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Budaya · 2 Nov 2023 17:57 WIB ·

Nana – Cerpen Maulidan Rahman Siregar


 Nana – Cerpen Maulidan Rahman Siregar Perbesar

Baju yang dipakai Nana tidak pernah pas, rok asli dari merk ternama pun tak bikin Nana sempurna jadi manusia. Ia tak pernah punya rasa percaya diri yang cukup. Berbilang purnama, ia merasakannya. Semua itu hanya karena satu hal.

Alih-alih seperti jerawat, benjolan di bawah bibir tebal dan maju itu malah seperti bisul, bernanah, berdarah, dan tentu saja, menjijikkan. Besarannya lebih besar dari janji-janji politisi. Hal itu yang bikin Nana lebih banyak ibadah ketimbang keluar rumah.

Sudahlah menderita dengan gigi dan bibir maju, bergelayut pula benda ajaib ini. Hiks.

Hadirnya internet di muka bumi seakan tidak berguna. Manusia, ayah-ibu, apalagi teman tak pernah banyak membantu. Nana menghabiskan waktunya sendirian. Pagi sepi. Siang sepi. Malam apalagi.

Keluar kamar tidur mirip keluar negeri. Ia keluar hanya untuk makan apa yang sudah dimasak pagi hari oleh ibunya, dan membuang semua itu di kamar. Rumahnya memang mirip kost-kostan, jadi aman.

“Sampai kapan kamu akan begini?” tanya Nana kepada cermin. Cermin yang sudah ada sejak bayi sudah ada di kamar itu hanya diam, mirip lelaki kikuk yang sudah kehilangan bahan meminta nomor whatsapp seorang gadis.

Cermin aman, tak dibelah Nana jadi tiga. Sebab, selain dirinya sendiri, cermin lah yang menjadi temannya. Hanya kepada cerminlah, ia pernah tumpah semua yang ada dalam hatinya. Keindahan, kegelisahan, ketakuan, kematian, dan apapun.

Bunyi azan zuhurlah yang membuat Nana ingin salat. Letak masjid yang dekat rumahnya bikin Nana terbantu. Mp3 yang diputar marbot masjid selalu bikin Nana jadi tenang. Bersiap berwudhu, salat di kisaran waktu 5-7 menit, berdoa 30 menit. Ngantuk, dan tidur.

Hal itu berlaku dalam hampir 5 waktu salat. Hanya salat isya yang tidak persis sama. Malam-malam panjang, malam-malam begadang, Nana habiskan dengan nonton youtube yang sebenarnya ia sudah bosan. Baca cerpen juga di lakonhidup yang sekarang sudah ganti nama, dalam keadaan bosan pula.

Hanya karena ia perempuan, makanya Nana tak pernah mencantumkan nomor whatsapp-nya di mana pun. Hal ini lah yang membuat Nana makin sepi. Yang nelpon dan chat, dirinya sendiri dan operator Telkomsel, yang sayangnya, pesan itu pun tak bisa dibalas.

3 bulan lebih, jerawatnya tak kunjung sembuh. Ia menghubungi Ridwan, sahabat jauhnya di masa lalu,

“Ridwan, tolong. Aku udah ga sanggup. Tolong potong tubuhku menjadi 3 bagian. Bagian pertama kau lempar ke sungai belakang rumahku. Bagian kedua kau bakar, potong kecil mirip daging sate, lalu berikan ke anjing-anjing di komplek. Bagian ketiga, taruh di tong sampah Taman Budaya, aku ingin tahu seberapa mungkin potongan tubuh itu jadi bahan pertunjukan teater.”

Setelah bercinta sekuat tenaga dengan Nana di sebuah tempat yang hanya Tuhan yang tahu, Ridwan menuruti seluruh permintaan Nana dengan sangat paripurna.(*)

 

Maulidan Rahman Siregar, kolektor kotak rokok. Kesehariannya banyak ia habiskan dengan membaca buku dan mengajar.

Artikel ini telah dibaca 102 kali

Baca Lainnya

Puasa

3 March 2025 - 06:29 WIB

WikiArt.org

Sella

2 March 2025 - 02:51 WIB

WikiArt.org

Kita Semua adalah Punk!

22 February 2025 - 15:18 WIB

Cover Album Sukatani 'Gelap Gempita'

Pelajaran Menjahit

9 February 2025 - 16:16 WIB

Wikiart.org

Kombel Perdana Semester Genap Guru PAI Kab. Padangpariaman

3 February 2025 - 21:58 WIB

Kombel Perdana, Sabtu, 1 Februari 2025

Bulu

31 December 2024 - 16:53 WIB

Norval Morrisseau, Two Owls and Two Chicks, via WikiArt.org
Trending di Cerpen