Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Naik Becak Denganmu – SAJAK-SAJAK NGADI NUGROHO Asmara yang Tidak Diakali Waktu Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR Bila Ia Tertidur – Sajak-sajak Ilham Wahyudi

Puisi · 11 Oct 2023 04:26 WIB ·

Pada Penghabisan Rembulan I SAJAK-SAJAK FERNANDA DINA PUSPITASARI


 Pada Penghabisan Rembulan I SAJAK-SAJAK FERNANDA DINA PUSPITASARI Perbesar

Saku Putih

 

Kerikil jalan basah sebab tangis

Sebab pula sesapan pedih pejalan letih

Mata menjelalat,

Mencari celah untuk istirahat

 

Mantra-mantra tak henti melantun

Sebagai bentuk utusan hidup

Lengkingnya begitu merdu

Dan pita suara tak mau ikut membantu

 

Kau tampak ramah,

Kau kais serpihan sayapmu

Dari saku putih yang kau sebar beberapa waktu lalu

 

Kembalilah kau terbang

Kau tak dicipta untuk berjalan

Apalagi tanpa alas diatas jalan keras

 

 

Pada Penghabisan Rembulan

 

Tepat pada penghabisan rembulan

Kau pasrahkan ayat pada kapuk lapuk

Segala jamuan langit,

Kau redam dalam sangkar lusuhmu

 

Ibu jari mengajak anak-anaknya

Memaksa benda mati bersuara

Harap-harap palsu,

Luruhan lara menjadi asa

 

Selesaikan,

Lantas rapatkan tirai mutiaramu

Kau hanya boleh membukanya kembali,

Ketika kupu-kupu berani hinggap pada melati

 

 

Kepada Peniti

 

Hujan enggan reda padanya

Namun debu masih memeluknya

Bekas goresan itu masih ada

Pisau tumpul yang diasah dengan tangan sendiri

 

Ia berselimut untaian doa ibu

Berdiri di belakang mesin penggiling sengsara

Yang menghasilkan bulir, yang tak bisa ditanak matang

 

Lantas mengapa?

Mengapa angin masih kau konsumsi?

Dan kau biarkan debu bergelantung bebas di tubuhmu?

 

Berbaliklah,

Biar ibu yang membasuh

 

Yang Diatas

 

Teruntuk yang di atas

Mohon ampun dengan segala hormat

Dari saya, tersembah sebuah surat

 

Persetan dengan segala,

Baginda tidak buta aksara

 

Kami di sini,

Tertunduk dan tersayati

Peri bumi pamit pergi

Mencari bulir untuk yang dikata abdi

 

Maha kuasa sang penguasa

Si kaya yang semena

Sedang si kecil menjadi kaki

 

Sucinya sumpah menjelma serapah

Kelingking manis menjadi sampah

Dan sekarang sudah sampai tahta

Tanpa hirau yang katanya dulu nyata

 

Tuan Puan kau bukan Tuhan

Tapi mengapa takdir peri ada ditanganmu

 

Tuan Puan menunduklah

Pintu-pintu merah menyambut pandanganmu

 

Pisau Ukir dari Surga

 

Jika Tuhan membuka pintu surga.

Tak akan aku berpacu untuk menetap disana.

Hanya akan kukunjungi sebentar,

dan kupinjam sebuah pisau ukir.

Akan kuukir sebuah akar rumput

dan menjadikannya peti

Lantas kuajukan pada Tuhan

Sebagai tempat tetapku nanti.

 

Dari Pembangkang Untuk Ibu

 

Bu,,

Pembangkangmu bertumbuh

Mulai keluar dari dekapmu

Membawa raga berjumpa makna

 

Ia hampir saja tuli

Kicauan burung tanah menyakiti

 

Ia hampir saja buta

Tak mampu lagi membeda keambangan fakta

 

Kini lantunannya meredu biru

Tak selantang ketika senandung padamu

 

Ia buntung,

Terlalu banyak yang musti diraup

Tangannya belum mampu memeluk

 

Terompahnya menjerit sepanjang hari

Berteriak, selalu ingin diganti

Sebab lintas yang penuh duri

 

Dan yaaa, Ibuu

Pembangkangmu tahu..

Tak sedikitpun hujan ingkar pada musim

Maka mohonkan padaNya

Ia menjadi replika atas dirimu

 

Pena

 

Hitam di atas putih

Bukan berupa nada, apalagi raungan

Ku dengar, sumber kasih adalah kisah

Maka kan kurangkum bersama nyanyian bulan purnama

 

Sengaja,.

Sangat sengaja

Tak sedikitpun kutambah majas disana

Supaya baik kau menangkapnya

 

Ku ciptakan kembali

Hitam di atas putih

Kali ini sebuah mantra

Yang bekerja hanya untuk dua hamba

 

Wahai sang maha segala

Sirami taman agar berbunga

Bawalah merpati sampai ke telinganya,

Bahwa mawar yang tak sengaja ditanam

Tumbuh dengan sempurna

 

Firnanda Dina Puspitasari, kerap disapa Momo. Lahir 1 Desember 2001 di Ponorgo Jawa Timur. Saya sedang menempuh pendidikan S1 Sastra Indonesia di Universitas Negeri yogyakarta, tepatnya semester 5. Memiliki hobi berkuliner dan menonton film horor.

Artikel ini telah dibaca 58 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Puisi Lalik Kongkar

7 September 2024 - 20:29 WIB

Puisi Maulidan Rahman Siregar

26 August 2024 - 04:00 WIB

Pentecast by Emil Nolde via wikiart.org

Puisi Adit Febrian

26 August 2024 - 03:31 WIB

Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte by Georges Seurat via wikiart.org

Puisi Maria Dominika Tyas Kinasih

1 July 2024 - 01:26 WIB

JANGAN KUNCI PINTU DARI DALAM – Puisi-puisi ALIZAR TANJUNG

23 June 2024 - 19:33 WIB

Menerjemahkan Sabtu Pagi – Puisi-puisi F.A Lillah

17 June 2024 - 04:31 WIB

Trending di Puisi