Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Naik Becak Denganmu – SAJAK-SAJAK NGADI NUGROHO Asmara yang Tidak Diakali Waktu Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR Bila Ia Tertidur – Sajak-sajak Ilham Wahyudi

Budaya · 6 Oct 2023 09:33 WIB ·

Hari ke-3 Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023


 Hari ke-3 Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023 Perbesar

Makin Seru – Hari ke-3 Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023

 

Kamis, 05 Oktober 2023 berlangsung kegiatan Payakumbuh Poetry Festival. Kegiatan dimulai dengan laporan pertanggungjawaban Dewan Juri lomba puisi ‘Distopia’ (tema besar lomba puisi Payakumbuh Poetry Festival) serta diskusi seputar puisi-puisi yang menjadi lima besar pemenang lomba di Cafe & Resto Agamjua, Payakumbuh.

 

 

Kegiatan terpisah diadakan oleh sastrawan dan tim relawan PPF 2023 yang diadakan di berbagai sekolah di wilayah Payakumbuh. Titan Sadewo, Yeni Purnama Sari, dan beberapa siswa ikut terlibat dalam wacana proses kreatif kepenyairan. Harapannya, dengan bertemu langsung dengan sastrawan, siswa dapat termotivasi dan tumbuh sebagai penulis.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi buku puisi ‘Malala’ karya Indra Intisa. Y Thendra BP selaku moderator dan Inggrit Putri Marga selaku pembahas. Buku puisi pilihan juri DKJ ini berlangsung ba’da zuhur hingga sebelum ashar. Gus Tf, Hermawan An, dan beberapa peserta (sastrawan dan pengunjung) ikut terlibat membahas buku tersebut, yang menitkberatkan pembacaan mereka pada ‘Buyung’, dan apa yang ada di sekitarnya. Buyung adalah seseorang yang ada di buku ‘Malala’ ini yang menurut Inggrit, harus mentah-mentah menerima segala macam yang ditawarkan Buyung, agar dapat menikmati buku ini.

Setelah Ashar, pengunjung dan sastrawan merapat ke Intro. Suasana sore yang tenang dan adem, membuat diskusi buku kedua berjalan alot. Kiki Sulistyo yang menggarisbawahi bakal tidak akan membahas lokalitas, malah digempur pertanyaan sekalian itu, hampir di sepanjang diskusi.

Buku ‘Bertemu Belalang’ karya Gody Usnaat yang sedang dibahas. Dunia pendidikan, penggunaan simile yang sering yang tanpa keberadaannya bikin puisi Gody jadi susunan kata, serta anjuran untuk membeli buku yang dibahas, sebelum membahasnya. Begitu yang dapat kami tangkap.

Sebelum magrib, kegiatan diskusi selesai. Para sastrawan berfoto bersama, kemudian pulang ke hotel/penginapan.

Kegiatan malam, rombongan sastrawan kembali ke Cafe & Resto Agamjua. Kegiatan diawali dengan pertunjukan musik, teatrikal puisi dari beberapa Komunitas Seni -salah satunya ‘Komunitas Seni Intro-, ‘musikalisasi?’ puisi, penayangan visualisasi puisi, dan pembacaan puisi (rantak puisi).

Sedikit arsipnya, bisa disimak di kanal ini:

Salam puisi tak henti-henti. (*)

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tembok Putih – Cerpen Haniah Nurlaili

2 November 2023 - 18:02 WIB

Nana – Cerpen Maulidan Rahman Siregar

2 November 2023 - 17:57 WIB

Geliat Musisi Kota Padang – Festival Pusako 11-15 Oktober 2023

16 October 2023 - 02:35 WIB

Hari Pertama di Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023

4 October 2023 - 22:24 WIB

Puisi Berpilin Tiga – Bincang Bersama Penyair Tetangga (Payakumbuh Poetry Festival, 2023)

1 October 2023 - 23:52 WIB

Masa Lalu Televisi I Cerpen – Daviatul Umam

1 October 2023 - 15:57 WIB

Trending di Budaya