Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Naik Becak Denganmu – SAJAK-SAJAK NGADI NUGROHO Asmara yang Tidak Diakali Waktu Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR Bila Ia Tertidur – Sajak-sajak Ilham Wahyudi

Puisi · 21 Sep 2023 02:43 WIB ·

Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR


 Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR Perbesar

tutorial mengubah nasib

bikinlah sebuah video
sedih, dan upload jam lapan
pagi, dan mintalah kawan dan musuh
untuk ikut berkomentar
lalu menangislah sepuluh jam
hitung air mata yang keluar
dan berdoa
kepada
Tuhan,
sesuatu yang kapital
di puisi ini.

jika masih ada orangtua
carilah dan lekas peluk
mereka, kemudian
menangis lagi
lebih kuat lebih keras
lebih puisi
jika sudah tidak ada orangtua,
tidak mungkin,
apa semuanya muda?

sentuhlah angin di badan
tarik napas agak sepuluh kali
kemudian bersyukur
kalau masih dikasih umur

2023

Cara Mengusir Sepi

Tempatkan kesepianmu di tempat orang ramai
Berhitung hingga bilangan seribu satu
Lalu berlari sekuat yang kau bisa
Menuju rumah

Sesaimpainya di rumah, masuk ke dalam kamar

Selanjutnya, kau kunci kamarmu rapat-rapat
Berhitung hingga bilangan seribu satu
Ambil telepon paling pintar yang kau miliki

Lalu tulis sebiji dua puisi tentang
Orang-orang tolol yang meninggalkanmu

Selanjutnya, kembali ke tempat orang ramai
Berlari sekuat yang kau bisa
Taruh kesepian di situ
Dan lanjut, berhitung hingga bilangan seribu satu

Lalu maki pemerintah
Bahas filsafat dan agama

Dan kembali berlari sekuat yang kau bisa
Ke dalam kamar yang sudah kau kunci rapat-rapat

Lalu merancap
Menangis
Dan merancap lagi

2022

alamat pulang

rumah?
rumah sudah dibakar orang
jalan-jalan penuh kecemasan
di sebuah simpang, seseorang
dan seseorang lain sedang
transaksi, jual beli kebahagiaan.

rumah?
memang sudah lama dibakar orang

yang meninggal di rumah itu:
kenangan, seorang anak kecil
bernama saya, Anda, dan seseorang
yang tak pernah kelihatan,
namun selalu ada di dalam rumah

kebakaran itu menghabiskan
seluruh pahala dan dosa

rumah itu kini hanya jadi mainan
di udara, dikenang sebagai debu terbang,
lalu hilang

ingin kutambal jalan pulang ini,
dengan dana hibah pemerintah daerah,
yang setiap hari menangis,
dan bersedih ke pemerintah pusat

lain jalan lain ikannya
cakeeep

eh salah pantun

lain rumah
lain orangnya,
ini rumah budi,
ini ibu budi,
di mana ayah budi?

cakeeeep

rumah memang sudah hilang dibakar
kini aku pulang
ke tempat semula kaki ini tualang

entah mau ke mana,
herman.

2023

rapuh

di lebat hujan
sendirian,
menari,
tangis jatuh satu-satu,
kau sedang denganku,
sekaligus tidak denganku.
aku di antara
apa saja !

bayang?
semakin samar
semakin jauh

bisikan mau mati
menyentuh kupingmu,
aku yang di sampingmu,
kuat hati menahan,
meledakkan ribuan petasan,
bikin kau kaget, melangkah,
meninggalkanku sendiri,
yang sedang karam,
padam, gelap hitam,
melanjutkan tarian,
sendiri, terus menari,
jatuh & bangkit,
jatuh dan mati?

sorry, aku tidak bisa mati!

abadi
dalam takutmu
sakitmu, rapuhmu
dan segala macam
yang lekas jadi hilang

tidak ada kata lagi yang terucap
hanya langkah, hanya gerak,
yang cepat, yang canggih
lekas hilang

& berpelukan

menemukanmu sendiri
sedang menangis?

ingin aku kembali

di sampingmu
dalam menit detik
dalam hujan kemarau
dalam sibuk dan istirah

memang sangat terasa
kalau sudah tiada.

seperti ambulans
tanpa isi mayat

2023

Aku dan Padang

aku dan Padang
dua batang yang dipisah
oleh ruang dan waktu
setengahnya diikat ibu
pulanglah, nak, pulang
bensin seliter masih dua puluh ribu
setengah lagi tiga puluh delapan ribu
sebungkus rokok, dua bungkus nasi
dan kemalasan bekerja,
hidup ini hanya mengulang
yang sudah-sudah.

sebagai bujang
lima puluh ribu sehari itu cukup !

tapi bujang harus ada kawan
biar tak iseng sendiri
harus segera dicarikan bini
belanja ini itu untuk berbagai keperluan
dan beberapa ikat bahagia

kebahagiaan seperti apa
yang bisa dibeli, hah?

Padang masih seperti dulu
masih seperti pertama kali aku dilahirkan
masih malu-malu berkembang
dan memang masih, seperti aku
yang selalu dibelah ruang & waktu

2023

berpantun-pantun ke rumah alizar

berpantun-pantun ke rumah alizar
dengan motor yang lebih sering
bercanda & batuk
di lebat hujan

kota ini memang tak pernah
kekurangan penyair

2023

Maulidan Rahman Siregar, lahir dan menetap di Padang, kesehariannya banyak dihabiskan dengan menonton YouTube dan Tiktok. Pernah jadi penyair, dan ikut beberapa lomba kepenulisan, meski sering kalah.

 

 

 

 

 

Artikel ini telah dibaca 129 kali

Baca Lainnya

Puisi Lalik Kongkar

7 September 2024 - 20:29 WIB

Puisi Maulidan Rahman Siregar

26 August 2024 - 04:00 WIB

Pentecast by Emil Nolde via wikiart.org

Puisi Adit Febrian

26 August 2024 - 03:31 WIB

Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte by Georges Seurat via wikiart.org

Puisi Maria Dominika Tyas Kinasih

1 July 2024 - 01:26 WIB

JANGAN KUNCI PINTU DARI DALAM – Puisi-puisi ALIZAR TANJUNG

23 June 2024 - 19:33 WIB

Menerjemahkan Sabtu Pagi – Puisi-puisi F.A Lillah

17 June 2024 - 04:31 WIB

Trending di Puisi