Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Naik Becak Denganmu – SAJAK-SAJAK NGADI NUGROHO Asmara yang Tidak Diakali Waktu Tutorial Mengubah Nasib – SAJAK-SAJAK MAULIDAN RAHMAN SIREGAR Bila Ia Tertidur – Sajak-sajak Ilham Wahyudi

Esai · 5 Feb 2023 11:41 WIB ·

80 Tahun Marga T Novel: Pindah dan Berubah


 80 Tahun Marga T  Novel:  Pindah dan Berubah Perbesar

Tidak kurang dari empat puluh nama wanita yang muncul sebagai pengarang cerpen atau novel di majalah-majalah dan dalam bentuk buku. Sejak Marga T mengumumkan novelnya di koran Kompas sekitar awal tahun 1970-an, novelis wanita tampaknya mulai menjadi salah satu jaminan bagi lakunya suatu penerbitan, meskipun beberapa nama pengarang laki-laki masih bisa menarik minat pembeli.

(Sapardi Djoko Damono, “Kenyataan, Dugaan, dan Harapan: Tentang Perkembangan Sastra Kita Akhir-akhir Ini”, 1979)

 

Puluhan tahun lalu, para pembaca cerita ingat majalah Femina. Majalah sering mengadakan lomba penulisan cerita. Naskah-naskah pemenang biasa terbit menjadi buku meski tak semua. Cerita dan majalah itu mengingatkan penerbit bernama Gaya Favorit Press (GFP). Pada masa 1970-an dan 1980-an, novel-novel terbitan GFP menjadi idaman para pembaca di seantero Indonesia.

Novel-novel gubahan para pengarang terbitan GFP biasa laris. Sekian novel mencipta nostalgia bersama. Novel gubahan Marga T turut dalam terbitan GFP, menuai untung dan menjadikan pengarang makin moncer. Dulu, novel-novel terbitan GFP mendapat saingan dari Kartini Group. Penerbit berkaitan dengan majalah Kartini. Majalah juga sering membuat lomba penulisan cerita. Dua penerbit itu bersaing dengan Gramedia.

Pada masa lalu, ratusan judul novel diterbitkan oleh pelbagai penerbit (besar dan kecil). Novel-novel itu laris. Babak teringat saat ribuan orang keranjingan membaca novel. Mereka membaca sekian judul buku biasa mula-mula membaca edisi pemuatan cerita di majalah-majalah. Keranjingan pun disempurnakan dengan pembuatan film-film dari sekian novel laris. Marga T tercatat sebagai nama penting dan berpengaruh. Dulu, ia menghampiri pembaca melalui Gramedia dan GFP.

Kita ingin mengenang cuilan masa lalu mumpung masih dalam pamrih penghormatan 80 tahun Marga T: 27 Januari 2023. Mengenang dengan satu novel berjudul Bukan Impian Semusim. Dulu, novel itu diterbitkan oleh GFP, 1976. Novel cukup laris dengan keberhasilan cetak ulang. Cetakan kedua, 1976. Cetakan ketiga, 1977. Cetakan keempat, 1982.

Novel dengan cetakan cukup apik dan kuat. Sampul dengan nuansa hijau. Di situ, ada gambar buatan Irma Hardisurya. Kita melihat sosok perempuan. Di belakang, kita melihat gereja. Gambar sudah mengajak berimajinasi pergulatan perempuan dalam asmara dan agama.

Marga T mempersembahkan novel: “… semua ex guru-guru saya di SMP dan SMA Santa Ursula, terutama tuan Sutarjo yang merasa dilupakan murid-muridnya. Semua teman-teman sekaula. Sebuah puri tua, dengan anginnya yang semilir menyejuki otak yang panas terbakar Stereo, dengan tanahnya yang sarat penuh kenangan, dengan dindingnya yang menyimpan gema rahasia masa lalu. Semua yang tidak abadi, tapi toh abadi.” Kita membaca agak sukar mengerti. Deretan kata dibuat untuk Marga T bisa terhubung dengan masa lalu bersama para guru, teman, dan tempat. Kita menduga penulisan novel dan merawat kenangan itu bertautan.

Episode sekolah, episode bikin sengsara. Murid-murid memiliki cara mengurangi atau meredakan sengsara. Mereka malah mencipta bahagia-bahagia dengan pelbagai ikhtiar. Sekolah menjadi tempat membentuk biografi, mengalirkan cerita, dan membuat kenangan. Marga T memiliki masa lalu, mengisahkan dalam novel. Sajian mudah menghubungkan para pembaca dengan misi cerita.

Kita mengutip sosok murid masa lalu melalui pengisahan Marga T. Nina pulang ke rumah saat kondisi keluarga sedang amburadul. Suasana berubah dan tata cara hidup dipastikan berubah gara-gara pelbagai kebutuhan dan keterbatasan uang. Di rumah, Nina perlahan tak betah. Marga T bercerita: “Nina rindu akan kamarnya di asrama dan teman-temannya. Dan lampu yang terang-benderang. Dibayangkannya Ani tengah menulis surat cinta di balik buku alam. Mere tentu mengira betapa rajinnya anak itu, menulis terus berjam-jam lamanya. Ani akan pura-pura perlu meminjam pensil atau karet penghapusnya, lalu berdiri di belakangnya sampai diusir, sampai dapat dibacanya beberapa kalimat yang dapat menjadi bahan warta berita seminggu lamanya.” Belajar dan pertemanan itu menimbulkan ikatan biografis.

Bukan Impian Semusim terbitan GFP memiliki 200 halaman. Dulu, orang membaca mungkin cukup semalam. Marga T itu pencerita sakti, menjadikan pembaca mudah terpikat untuk lekas khatam. Novel mencipta penasaran bagi pembeli atau pembaca saat memberi tatapan di sampul belakang. Keterangan dari editor atau penerbit: “Siapakah tiga laki-laki yang berarti dalam kehidupan Nina, wanita yang sebenarnya bercita-cita membaktikan hidupnya sebagai biarawati? Dan, bagaimanakah berakhirnya kisah cinta Nina dan Adri yang mesra itu?” Tema cerita terbukti menggoda. Novel itu berhasil di tangan ribuan pembaca, dari masa ke masa.

Nasib novel itu berbeda nasib pada masa 1990-an. Bukan Impian Semusim pindah penerbit. Pada 1991, novel gubahan Marga T resmi diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Judul tetap sama. Di sampul, ada penjelasan: “edisi yang diperbarui.” Novel berhak diperbarui, tak cuma buku pelajaran atau perkuliahan.

Ukuran buku berubah. Sampul tentu berganti edisi baru. Gambar di sampul dikerjakan oleh Srianto. Kita melihat dalam tampilan terang dan sesuai dengan imajinasi untuk novel dicap pop. Gambar dengan beragam warna, berbeda dengan edisi GFP masih miskin warna.

Di halaman awal, kita disuguhi dua keterangan: “Ini adalah kisah fiktif”. Keterangan itu memastikan agar pembaca terhindar dari dugaan-dugaan sembarangan. Keterangan lanjutan: “Segala persamaan nama tokoh, tempat, serta plot hanyalah kebetulan belaka.”

Novel itu terbukti berubah! Pengarang menulis satu halaman pengantar demi membuat pembaca mengerti misi penerbitan lagi. Pengantar pun memuat tanggapan atas kehendak ribuan pembaca. kita mengutip: “Ini adalah Bukan Impian Semusim yang sudah saya revisi. Dialog-dialog diubah dan dipersegar. Menanggapi keluhan banyak pembaca, maka akhir kisah pun saya rombak menjadi happy-end.” Marga T, pengarang peduli keluhan dan kemauan pembaca. Ia membuktikan dengan melakukan ralat atau perubahan atas novel telanjur terbit pada 1976. Kejutan diumumkan: “Nama Adri saya ubah menjadi Miki agar tidak keliru dengan Andi, anaknya.”

Ribuan orang pernah membaca edisi terbitan GFP mungkin berlanjut membaca terbitan Gramedia Pustaka Utama. Mereka paling mengerti sekian perubahan. Mereka berhak membaca dua edisi untuk membuktikan Marga T “berpihak” kepada kehendak pembaca. Kini, kita mengerti bahwa industri novel di Indonesia masa lalu memungkinkan pengarang “mengikuti” kemauan para pembaca. Pemenuhan tentu tak mutlak. Marga T memilih berpindah penerbit dan mengubah novel demi melegakan ribuan pembaca.

Isi cerita mengalami ralat. Halaman persembahan pun diralat. Kita menduga Marga T saat menghadapi naskah novel pernah terbit itu membuat catatan-catatan. Ia mengharuskan diri membuat keputusan-keputusan demi “kebaikan bersama” antara pengarang, penerbit, dan pembaca. Ia sedang berada dalam arus perkembangan industri novel menempatkan pembaca sebagai pihak memiliki “suara” wajib diperhatikan.

Bukan Impian Semusim jadi bertambah tebal: 425 halaman. Para pembaca mendapat bujukan di halaman-halaman akhir setelah cerita tamat. Di situ, halaman-halaman beriklan buku-buku Marga T terbitan Gramedia Pustaka Utama: Karmila, Badai Pasti Berlalu, Gema Sebuah Hati, Sonata Masa Lalu, Namamu Terukir di Hatiku, dan lain-lain. Pada 1998, Bukan Impian Semusim terbitan Gramedia Pustaka Utama cetak ulang keempat. Novel terus laris. Begitu.

 

Bandung Mawardi
Saudagar buku dan menulis di berlimpahiklan.blogspot.com

 

 

 

Artikel ini telah dibaca 170 kali

Baca Lainnya

Forgot Password Hindia dan Representasi Gen Z

13 September 2024 - 22:42 WIB

Sumber Foto: Kapanlagi(dot)com

Pembaca: Keluarga dan Negara

8 September 2024 - 05:33 WIB

Portrait of Frida's Family, Frida Kahlo via wikiart

KONFIGURASI PERSONAL DAN INTERPERSONAL DALAM KUMPULAN CERITA DAMAHUM

13 April 2023 - 23:42 WIB

Penyuntingan: Pekerjaan Sulit yang Sering Disepelekan

31 January 2023 - 14:21 WIB

Mengais Musim dari Jejak Chairil Anwar

21 January 2023 - 13:26 WIB

Takjub…

11 October 2022 - 18:11 WIB

Trending di Budaya