ANAK ADAM
Aku diam-diam mencuri kisahmu
melalui sebalik ceri bening matamu
kudayung peluh menuju tanah rahasiamu
di sana ratusan kisah nenek moyang tertanam
mulai dari percakapan tentang air mata
doa para ibu, dan gugusan tulang rusuk
semua tumbuh menjadi tanaman perdu
persis seperti kisah taman Eden dulu;
Ternyata benar nubuat kitab penciptaan
setiap perempuan mempunyai sebidang tanah rahasia
di sana ia kuburkan segala nama bernama luka
ia semai benih-benih doa para leluhur
lalu ia siram dengan tangis yang tak terdengar
sampai kelak benih-benih menjelma tempat penampungan
untuk kisah penciptaan selanjutnya;
Di tanah itu sebuah pohon paling rahasia berdiri
tangkainya menari membawa sebuah undangan untukku
aku mengendap pelan menuju ke arahnya
memastikan tidak ada sesiapa di sana
agar dapat kupetik buah paling rahasia
tanpa takut terusir seperti kisah Adam sebelumnya
(Surakarta, 2022)
KITAB SUCI
Ia menjelma denah penunjuk arah
ibu selalu menyisipkan pada saku baju kita
untuk tiap pagi kita lafalkan arah mata angin
dan menjelang tidur kita ingat rute perjalanan :
melalui tanah terjal, kisah penggusuran, penyangkalan
untuk dapat sampai ke sebuah kota penuh cakrawala
Kita pun sampai pada rumpun episode panjang :
hari-hari adalah hutan luas penuh binatang buas
kita lantas terjebak pada sudut-sudut berkabut
sedangkan suara ibu serta nasihat para syuhada
telah menggema jauh dari radius pandang kita yang rabun
“Bacalah aku sebelum langkahmu,” ucap kitab tersebut
tapi seperti laiknya perjalanan ke hutan lebat
sebagian kita tak mampu mendengar ucapannya
sebagian lagi telah lama membuang kitab tersebut
hingga kita saling bertanya : arah mana yang harus kita tuju?
(Surakarta, 2022)