Menu

Mode Gelap
Api Prometheus I Cerpen – Aldi Rijansah Puisi Ngadi Nugroho Asmara yang Tidak Diakali Waktu Puisi Maulidan Rahman Siregar Puisi Ilham Wahyudi

Puisi · 2 Oct 2022 05:20 WIB ·

Puisi Imam Khoironi


 Puisi Imam Khoironi Perbesar

 

Ruang Antara

Kita paling gaduh ketika musim sedang sibuk
mengatur curah hujan dan ribut angin
Sementara waktu kadang mundur sejengkal
Akibat doa dari tukang becak yang
kehilangan penumpang karena badai
Padahal saat itu ojek pangkalan tidak turun ke jalan
Pembawa berita di TV menyebut
Manusia hidup di ruang antara
Bak penyair ia bermain analogi
Bak ruang sepi yang dipenuhi gelas pecah
Dan ruang gelap yang ditutupi berkas cahaya

Seperti penjual bensin yang bingung menentukan harga
Atau penjaga warnet yang takut kebobolan data
Kita benar-benar hidup di ruang antara
Saat nafas kita digadaikan
Untuk rindu yang segera dihabiskan
Aduhai kasih, cinta kita pun menjelma di ruang antara
Sebagaimana kisah laila dan majnun
Tak ada jalan pulang
Cintamu harus dihabiskan sekarang juga
Meski kewarasan batas akhirnya

Ruang antara ada di antara kita
Di tengah-tengah kehangatan fana
Di sayup-sayup suara perdamaian

Bandar Lampung, September 2022

 

Yang

Tanpanya
Kata-kata gusar menafsirkan diri
sebagai frasa
Kalimat pening mengenang makna
Paragraf puyeng harus jadi apa
Kecuali puisi, sungguh dari lubuk terdalamnya
Ia merasa biasa saja

8 Januari 2021

 

Kamar

Waktu menggerumuti gambar mudaku
Yang kesepian di kamar ini,
kadang ia pergi ke ruang tamu
menyeruput cahaya hingga bosan
lalu kembali berbaring di dipan
melukiskan kata-kata.
bagi masa mudanya, kata-kata adalah darah
darah dari luka ungkapnya kekar
ke wajah Chairil di sudut pintu kamar
kadang ia bersembunyi di kolong meja
ketika ketakutan diburu usia
di tembok kamar catatan-catatan
tentang putus cinta
atau peristiwa berak di celana
masih rapi tertata

9 Januari 2021

 

Antre

Ketika antri menjadi mazhab rindu paling sunyi
Kutemukan puisi yang jatuh
Di bawah kursi kayu
Di sela sela kaki para pasien
Kusadur ia dalam sebuah bait kecil

Lampung, Juli 2022

 

Milenial Kampung

Atas nama sinyal
Di bawah naungan kartu perdana
Yang hilang ketika pergi
Menuju pendakian gunung tinggi
Tersesat di jaringan edge

Kami menghamba 4G
Pergi ke kota, menonton YouTube
Memainkan Mobile Legends
Sebagai liburan
Dari pencarian Tuhan di ruang tamu

Di kamar mandi, kami
Memikirkan jaringan 5G
Masuk tiba-tiba ke kampung
“Tapi ponselmu kentang!”
Seketika dia sadar
Dia berak di wc jongkok, bukan wc duduk
Dia cebok dengan gayung reyot, bukan sprayer

Cintamulya, Juni 2022

 

Biodata Penulis

 

Imam Khoironi. Lahir di Cintamulya, 18 Februari 2000. Suka menulis puisi dan nonton film. Tidak terlalu suka kopi meskipun sering begadang. Pernah nyantri di Ponpes Hidayatul Mubtadiin Sindang Ayu. Sekarang berstatus mahasiswa tingkat akhir di UIN Raden Intan Lampung. Buku puisi pertamanya berjudul Denting Jam Dinding. Tulisannya pernah tersiar di berbagai media cetak maupun online. Silakan kunjungi blog pribadinya www.duniakataimronaka.blogspot.com atau difollow instagramnya di @sipalingaduh_ / @ronny.imam07 serta bisa diajak berteman via fb di Imam Imron Khoironi.

 

 

 

Artikel ini telah dibaca 99 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Puisi Imam Budiman

3 November 2024 - 22:05 WIB

M.F. Husain, The Preacher at Mecca, via Wikiart.org

Puisi Malkan Junaidi

23 October 2024 - 12:41 WIB

Children's Game by Tia Peltz via WikiArt.org

Puisi Gracia Asriningsih

20 October 2024 - 23:36 WIB

Oleksandr Aksinin, Thought in the Eyes 1966 via WikiArt.org

Puisi M. Allan Hanafi

29 September 2024 - 02:56 WIB

WikiArt.org

Puisi Y. Thendra BP

22 September 2024 - 20:27 WIB

992 City View by Friedensreich Hundertwasser via wikiart.org

Puisi Sus S. Hardjono

15 September 2024 - 06:37 WIB

William H. Johnson, Children at Ice Cream Stand via WikiArt.org
Trending di Budaya