Ruang Antara
Kita paling gaduh ketika musim sedang sibuk
mengatur curah hujan dan ribut angin
Sementara waktu kadang mundur sejengkal
Akibat doa dari tukang becak yang
kehilangan penumpang karena badai
Padahal saat itu ojek pangkalan tidak turun ke jalan
Pembawa berita di TV menyebut
Manusia hidup di ruang antara
Bak penyair ia bermain analogi
Bak ruang sepi yang dipenuhi gelas pecah
Dan ruang gelap yang ditutupi berkas cahaya
Seperti penjual bensin yang bingung menentukan harga
Atau penjaga warnet yang takut kebobolan data
Kita benar-benar hidup di ruang antara
Saat nafas kita digadaikan
Untuk rindu yang segera dihabiskan
Aduhai kasih, cinta kita pun menjelma di ruang antara
Sebagaimana kisah laila dan majnun
Tak ada jalan pulang
Cintamu harus dihabiskan sekarang juga
Meski kewarasan batas akhirnya
Ruang antara ada di antara kita
Di tengah-tengah kehangatan fana
Di sayup-sayup suara perdamaian
Bandar Lampung, September 2022
Yang
Tanpanya
Kata-kata gusar menafsirkan diri
sebagai frasa
Kalimat pening mengenang makna
Paragraf puyeng harus jadi apa
Kecuali puisi, sungguh dari lubuk terdalamnya
Ia merasa biasa saja
8 Januari 2021
Kamar
Waktu menggerumuti gambar mudaku
Yang kesepian di kamar ini,
kadang ia pergi ke ruang tamu
menyeruput cahaya hingga bosan
lalu kembali berbaring di dipan
melukiskan kata-kata.
bagi masa mudanya, kata-kata adalah darah
darah dari luka ungkapnya kekar
ke wajah Chairil di sudut pintu kamar
kadang ia bersembunyi di kolong meja
ketika ketakutan diburu usia
di tembok kamar catatan-catatan
tentang putus cinta
atau peristiwa berak di celana
masih rapi tertata
9 Januari 2021
Antre
Ketika antri menjadi mazhab rindu paling sunyi
Kutemukan puisi yang jatuh
Di bawah kursi kayu
Di sela sela kaki para pasien
Kusadur ia dalam sebuah bait kecil
Lampung, Juli 2022
Milenial Kampung
Atas nama sinyal
Di bawah naungan kartu perdana
Yang hilang ketika pergi
Menuju pendakian gunung tinggi
Tersesat di jaringan edge
Kami menghamba 4G
Pergi ke kota, menonton YouTube
Memainkan Mobile Legends
Sebagai liburan
Dari pencarian Tuhan di ruang tamu
Di kamar mandi, kami
Memikirkan jaringan 5G
Masuk tiba-tiba ke kampung
“Tapi ponselmu kentang!”
Seketika dia sadar
Dia berak di wc jongkok, bukan wc duduk
Dia cebok dengan gayung reyot, bukan sprayer
Cintamulya, Juni 2022
Biodata Penulis
Imam Khoironi. Lahir di Cintamulya, 18 Februari 2000. Suka menulis puisi dan nonton film. Tidak terlalu suka kopi meskipun sering begadang. Pernah nyantri di Ponpes Hidayatul Mubtadiin Sindang Ayu. Sekarang berstatus mahasiswa tingkat akhir di UIN Raden Intan Lampung. Buku puisi pertamanya berjudul Denting Jam Dinding. Tulisannya pernah tersiar di berbagai media cetak maupun online. Silakan kunjungi blog pribadinya www.duniakataimronaka.blogspot.com atau difollow instagramnya di @sipalingaduh_ / @ronny.imam07 serta bisa diajak berteman via fb di Imam Imron Khoironi.